Jakarta, CNN Indonesia --
Komentator konservatif Amerika Serikat, Tucker Carlson, kembali memicu kontroversi dengan menuduh bahwa mendiang Jeffrey Epstein memiliki hubungan erat dengan badan intelijen Israel, Mossad.
Tuduhan ini ia sampaikan dalam pidatonya di acara Turning Point USA, seraya mempertanyakan asal-usul kekayaan Epstein dan dugaan keterlibatannya dalam operasi pemerasan berskala besar atas nama Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana mungkin seseorang yang dahulunya guru matematika di Dalton School, tanpa gelar sarjana, bisa punya jet pribadi, pulau pribadi, dan rumah terbesar di Manhattan?" kata Carlson dalam pidatonya pada 11 Juli lalu.
"Setiap orang di Washington DC berpikir bahwa Epstein bekerja untuk pemerintahan asing dan tidak boleh ada yang menyebut bahwa negara itu adalah Israel," ucap Carlson.
Pernyataan Carlson memantik reaksi keras dari mantan Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett.
Melalui akun media sosial X pada Senin (15/7), Bennett membantah tuduhan tersebut.
"Sebagai mantan Perdana Menteri Israel, dengan Mossad langsung berada di bawah wewenang saya, saya nyatakan dengan 100 persen keyakinan: tuduhan bahwa Jeffrey Epstein bekerja untuk Israel atau Mossad dalam menjalankan jaringan pemerasan adalah sepenuhnya bohong dan tidak berdasar," tulis Bennett.
"Perilaku Epstein, baik yang kriminal maupun yang menjijikkan, sama sekali tidak ada kaitannya dengan Mossad atau Negara Israel," lanjutnya.
Ia menyebut tuduhan tersebut sebagai "kebohongan yang disebarkan oleh tokoh-tokoh online seperti Tucker Carlson yang berpura-pura tahu sesuatu padahal tidak."
Carlson pun membalas pernyataan Bennett dengan menantangnya untuk hadir dalam wawancara di Podcast miliknya.
"Daripada mengeluarkan ancaman di media sosial, mengapa tidak duduk bersama untuk wawancara rasional membahas hubungan Epstein dengan pemerintah Israel?" tulis Carlson.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Tudingan mengenai keterlibatan Israel dalam jaringan Epstein bukan hal baru.
Nama mantan Perdana Menteri Israel lainnya, Ehud Barak, kembali disoroti setelah warganet membagikan laporan-laporan lama, termasuk dari The Wall Street Journal dan The New York Times, yang mengaitkan Barak dengan Epstein.
Menurut laporan tersebut, Barak bertemu dengan Epstein puluhan kali sejak 2013 dan menerima pembayaran sekitar US$2,3 juta dari yayasan yang terkait dengan Epstein antara tahun 2004 hingga 2006.
Epstein juga disebut menanamkan modal sebesar US$1 juta dalam perusahaan investasi milik Barak.
Pada 2019, PM Israel saat ini, Benjamin Netanyahu, bahkan menyerukan penyelidikan terhadap hubungan Barak dengan Epstein.
Kecurigaan lama dan teori konspirasi baru
Meski pihak Departemen Kehakiman AS baru-baru ini menyatakan tidak ada bukti keberadaan "daftar klien" Epstein ataupun materi pemerasan, banyak kalangan konservatif tetap meragukan kesimpulan tersebut.
Sebelumnya, Jaksa Agung Pam Bondi sempat menyatakan bahwa dokumen-dokumen itu ada di mejanya.
Namun memo dua halaman yang dirilis oleh FBI dan Departemen Kehakiman membantah klaim tersebut saat merilis sebuah video yang diyakini menunjukkan Epstein bunuh diri di sel tahanan, meski video itu menimbulkan kecurigaan lanjutan karena terdapat menit yang hilang.
Trump, yang diklaim sempat terekam hadir bersama Epstein dalam sebuah pesta di masa lalu, juga buka suara.
Dalam unggahan panjang di media sosial, ia membela Jaksa Agung Bondi dan meminta pendukungnya untuk berhenti terobsesi dengan kasus Epstein.
"Teori-teori konspirasi itu tidak benar, tidak pernah benar," kata Direktur FBI Patel sebelumnya.
Dugaan keterlibatan intelijen
Teori bahwa Epstein terlibat dalam operasi intelijen kembali disoroti lewat tulisan John Schindler, mantan agen kontra intelijen NSA, yang menyebut bahwa Epstein mungkin merupakan bagian dari jaringan pengaruh rahasia Israel bernama MEGA.
Eric Weinstein, mantan direktur pelaksana Thiel Capital, juga menyebut bahwa Epstein bukanlah seorang "finansial" sejati.
"Saya tidak tahu siapa Jeffrey Epstein sebenarnya, tapi saya cukup yakin dia adalah produk dari satu atau lebih elemen komunitas intelijen," katanya dalam podcast Diary of a CEO.
Nama Ghislaine Maxwell dan ayahnya, Robert Maxwell, seorang taipan media Inggris yang diduga agen Mossad, juga kembali diperbincangkan.
Sebuah dokumenter BBC House of Maxwell menyebut bahwa Epstein membantu Maxwell menyembunyikan ratusan juta dolar yang digelapkan dari dana pensiun perusahaannya sebelum kematiannya yang misterius tahun 1991.
Israel membantah keras
Meski banyak pihak mengaitkan Epstein dengan Israel, para pejabat tinggi di Tel Aviv menolak mentah-mentah tuduhan tersebut.
"Tuduhan ini adalah kebohongan yang disebarkan oleh orang-orang yang ingin menjelekkan nama Israel," kata Bennett. "Kami tidak akan diam lagi."
Isu ini muncul di tengah meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap institusi federal AS, terutama di kalangan pendukung Presiden Trump.
Mereka merasa investigasi Epstein sengaja ditutup-tutupi oleh apa yang mereka sebut sebagai aktor "Deep State".
Sampai saat ini, Naftali Bennett belum merespons undangan wawancara dari Tucker Carlson.