Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden ke-35 Amerika Serikat John F Kennedy (JFK) ternyata pernah menjadwalkan pertemuan dengan salah satu jenderal Tentara Nasional Indonesia.
Rencana itu ditetapkan hanya beberapa hari sebelum dirinya tewas dalam insiden penembakan tragis pada 22 November 1963 di Dallas, Texas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana pertemuan ini terungkap dalam rekaman arsip Gedung Putih berdurasi 45 jam yang dirilis oleh John F Kennedy Presidential Library di Boston, Massachusetts, setelah disimpan selama lebih dari enam dekade.
Jenderal Abdul Haris Nasution kala itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan Indonesia.
Dalam rekaman tersebut, diketahui bahwa pada 19 November 1963, tim Kepresidenan JFK tengah menyusun jadwal pertemuan dengan Nasution, yang dinilai sebagai sosok strategis dari Asia Tenggara.
"Saya tak bisa bertemu di Senin atau Jumat. Mungkin di Selasa," ujar JFK saat itu dalam salah satu kutipan rekaman, dikutip dari jfklibrary.com.
Sayangnya, pertemuan bersejarah tersebut tak pernah terwujud. Tiga hari setelah percakapan itu, Kennedy terbunuh saat mengikuti konvoi terbuka di Dallas.
Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi politik terbesar di abad ke-20, sekaligus membatalkan momen penting diplomasi antara dua tokoh militer dunia.
Pertemuan untuk bahas Vietnam dan posisi strategis Indonesia
Pertemuan antara Kennedy dan Nasution direncanakan bukan sekadar silaturahmi diplomatik, melainkan bagian dari upaya Washington merespons situasi di Vietnam dan mempertimbangkan peran Indonesia dalam stabilitas kawasan Asia Tenggara.
Saat itu, pemerintahan Kennedy tengah menghadapi tekanan besar di Vietnam Selatan, menjelang eskalasi militer besar-besaran oleh AS pada tahun 1964.
Dalam rekaman, Kennedy menerima laporan dari para penasihat militer dan diplomatiknya, termasuk Jenderal Victor Krulak dan utusan khusus AS Mendenhall, yang menggambarkan Vietnam dalam kondisi kritis.
Presiden Kennedy disebut ingin berdiskusi langsung dengan Nasution, yang dikenal sebagai ahli strategi militer di kawasan Asia dan penulis buku legendaris Pokok-Pokok Gerilya, yang dianggap memengaruhi taktik gerilya Vietnam dalam melawan AS.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Cucu ketiga Jenderal Nasution, Marina Edyarti Nurdin, turut mengomentari temuan ini.
Ia mengaku pertama kali mengetahui rencana pertemuan ini pada tahun 2015 atau 2016, ketika secara tidak sengaja membaca artikel di Koran Republika yang mengutip sumber dari JFK Presidential Library.
"Saya membacanya dengan rasa haru, terkagum, dan bangga bahwa Presiden Amerika Serikat ingin bertemu dengan opa saya, Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution," ujar Marina dalam wawancara dengan CNN Indonesia.
Ia juga menjelaskan bahwa rencana awal pertemuan dijadwalkan pada Jumat, 29 November 1963, namun JFK meminta agar pertemuan dimajukan ke tanggal 26 November.
Marina menyebut bahwa pertemuan ini kemungkinan besar berkaitan dengan situasi di Vietnam dan pengaruh pemikiran militer Nasution terhadap strategi gerilya yang digunakan pihak Vietnam.
"Sepertinya JFK ingin bertukar pikiran. Vietnam disebut menggunakan strategi perang gerilya dari buku yang ditulis opa saya, Pokok-Pokok Gerilya," ujarnya.
Marina juga menambahkan bahwa Nasution dikenal luas oleh kalangan diplomatik internasional dan sering menerima kunjungan dari para duta besar, termasuk dari Belanda, Arab Saudi, dan Filipina.
"Sebagai cucu, saya sangat bangga. Kami jadi semakin menyadari betapa besar pengaruh pemikiran opa di mata dunia. Artikel ini sangat penting agar generasi muda tahu bahwa Indonesia punya sosok seperti beliau, yang pemikirannya digunakan secara internasional," ungkap Marina dengan penuh haru.
Jenderal Indonesia dalam sorotan diplomasi global
Jenderal AH Nasution merupakan salah satu tokoh militer paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Selain sebagai perancang strategi pertahanan nasional, ia juga memainkan peran sentral dalam hubungan bilateral Indonesia dengan berbagai negara, terutama selama era Perang Dingin.
Menurut JFK Presidential Library, meskipun durasi pembahasan tentang Nasution di rekaman tergolong singkat, pertemuan yang direncanakan tersebut mencerminkan arah kebijakan luar negeri AS kala itu yang sedang mengevaluasi ulang posisi strategisnya di Asia Tenggara.
Kennedy diketahui sering menggelar pertemuan informal di Gedung Putih untuk menjaga kerahasiaan strategi diplomatiknya.
Meskipun pertemuan dengan Nasution tidak sempat terlaksana, rencana itu tetap menjadi catatan sejarah penting dalam dinamika hubungan Indonesia - Amerika Serikat.