Cucu ketiga Jenderal Nasution, Marina Edyarti Nurdin, turut mengomentari temuan ini.
Ia mengaku pertama kali mengetahui rencana pertemuan ini pada tahun 2015 atau 2016, ketika secara tidak sengaja membaca artikel di Koran Republika yang mengutip sumber dari JFK Presidential Library.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya membacanya dengan rasa haru, terkagum, dan bangga bahwa Presiden Amerika Serikat ingin bertemu dengan opa saya, Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution," ujar Marina dalam wawancara dengan CNN Indonesia.
Ia juga menjelaskan bahwa rencana awal pertemuan dijadwalkan pada Jumat, 29 November 1963, namun JFK meminta agar pertemuan dimajukan ke tanggal 26 November.
Marina menyebut bahwa pertemuan ini kemungkinan besar berkaitan dengan situasi di Vietnam dan pengaruh pemikiran militer Nasution terhadap strategi gerilya yang digunakan pihak Vietnam.
"Sepertinya JFK ingin bertukar pikiran. Vietnam disebut menggunakan strategi perang gerilya dari buku yang ditulis opa saya, Pokok-Pokok Gerilya," ujarnya.
Marina juga menambahkan bahwa Nasution dikenal luas oleh kalangan diplomatik internasional dan sering menerima kunjungan dari para duta besar, termasuk dari Belanda, Arab Saudi, dan Filipina.
"Sebagai cucu, saya sangat bangga. Kami jadi semakin menyadari betapa besar pengaruh pemikiran opa di mata dunia. Artikel ini sangat penting agar generasi muda tahu bahwa Indonesia punya sosok seperti beliau, yang pemikirannya digunakan secara internasional," ungkap Marina dengan penuh haru.
Jenderal AH Nasution merupakan salah satu tokoh militer paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Selain sebagai perancang strategi pertahanan nasional, ia juga memainkan peran sentral dalam hubungan bilateral Indonesia dengan berbagai negara, terutama selama era Perang Dingin.
Menurut JFK Presidential Library, meskipun durasi pembahasan tentang Nasution di rekaman tergolong singkat, pertemuan yang direncanakan tersebut mencerminkan arah kebijakan luar negeri AS kala itu yang sedang mengevaluasi ulang posisi strategisnya di Asia Tenggara.
Kennedy diketahui sering menggelar pertemuan informal di Gedung Putih untuk menjaga kerahasiaan strategi diplomatiknya.
Meskipun pertemuan dengan Nasution tidak sempat terlaksana, rencana itu tetap menjadi catatan sejarah penting dalam dinamika hubungan Indonesia - Amerika Serikat.
(zdm/bac)