Trump Paling Banyak Deportasi Imigran dari AS ke Guatemala

CNN Indonesia
Kamis, 14 Agu 2025 16:20 WIB
Guatemala tercatat menjadi tujuan deprtasi terbanyak oleh Presiden AS Donald Trump, diikuti Honduras, Meksiko, dan El Salvador.
Presiden AS Donald Trump paling sering deportasi imigran ke negara ini. (REUTERS/Kevin Mohatt)
Jakarta, CNN Indonesia --

Data terbaru menunjukkan penerbangan deportasi yang dioperasikan Otoritas Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE) melonjak drastis di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, dengan sebagian besar mengarah ke negara-negara di Amerika Latin dan Karibia.

Menurut catatan kelompok advokasi imigran Witness at the Border, sejak Trump dilantik pada 20 Januari 2025 hingga awal Agustus, ICE telah mengirimkan lebih dari 90% penerbangan deportasi ke kawasan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guatemala tercatat menjadi tujuan terbanyak, diikuti Honduras, Meksiko, dan El Salvador, dikutip dari CNN.

Secara keseluruhan, ICE telah melakukan penerbangan deportasi ke 62 negara, dengan 955 penerbangan menuju Amerika Latin dan Karibia, 57 penerbangan ke Afrika, dan 22 penerbangan ke Asia.

Penerbangan-penerbangan ini sebagian besar dioperasikan oleh perusahaan charter swasta dan satu maskapai komersial yang menjadi subkontraktor ICE, serta sebagian kecil menggunakan pesawat militer.

Penerbangan 'Shuffle' dan perubahan jejak di udara

Selain deportasi internasional, ICE juga kuat mengoperasikan "domestic shuffle flights", penerbangan antarbandara di dalam AS untuk memindahkan para tahanan antar pusat detensi.

Witness at the Border mencatat, pada Juli lalu saja, terdapat 207 penerbangan deportasi internasional, tetapi 727 penerbangan domestik, angka tertinggi sejak pemantauan dimulai pada 2020.

Namun, pola pelacakan penerbangan ICE kini semakin sulit diikuti publik.

Sejak Maret, operator penerbangan mulai meminta penghapusan nomor ekor pesawat (tail number) dari situs pelacak penerbangan publik seperti Flightradar24, memanfaatkan aturan baru Badan Penerbangan Federal (FAA).

La Resistencia, kelompok advokasi imigran di Pantai Barat AS, juga menemukan ICE mengganti air traffic call sign mereka menjadi "Tyson", kode yang pernah digunakan Donald Trump untuk pesawat pribadinya setelah memenangkan pemilu 2016.

Langkah-langkah ini, menurut aktivis, membuat keluarga sulit mengetahui keberadaan anggota mereka yang dideportasi.

"Mereka seperti menghilang begitu saja," kata Guadalupe Gonzalez, juru bicara La Resistencia.

Hingga berita ini diturunkan, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) dan ICE belum memberikan keterangan terkait alasan penghapusan identitas penerbangan tersebut.

(zdm/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER