Jakarta, CNN Indonesia --
Central Intelligence Agency (CIA) adalah badan independen yang bertugas memberikan intelijen keamanan nasional kepada para pembuat kebijakan senior Amerika Serikat.
Direktur CIA diangkat oleh presiden dengan persetujuan Senat, dan memimpin operasional, personel, serta anggaran lembaga tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah kepemimpinannya, CIA terbagi menjadi lima direktorat yang bekerja sama dalam "siklus intelijen", proses mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi intelijen kepada pejabat tinggi pemerintah AS.
Selain itu, Direktur CIA juga membawahi berbagai kantor eksekutif yang mengelola fungsi manajemen internal dan menjadi penghubung dengan lembaga pemerintah eksternal.
Rata-rata gaji tahunan Deputi Direktur CIA mencapai US$326.915 atau sekitar US$157 per jam, setara lebih dari Rp5,1 juta per jam dengan asumsi kurs saat ini.
Data per Agustus 2025 menunjukkan kisaran gaji tahunan untuk posisi tersebut berada antara US$268.762 hingga US$397.295.
Perbedaan ini mencerminkan variasi peran dan tanggung jawab di lingkungan CIA. Gaji tersebut dapat dipengaruhi oleh lokasi penugasan, anggaran departemen, serta kualifikasi individu.
Faktor lainnya mencakup lama pengalaman, keahlian khusus, latar belakang pendidikan, dan sertifikasi yang dimiliki.
Oleh karena itu, perhitungan gaji untuk Deputi Direktur CIA sering disesuaikan dengan profil dan penugasan masing-masing pejabat.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Sebagai lembaga intelijen sipil utama AS yang dibentuk lewat National Security Act 1947, CIA menjalankan operasi pengumpulan informasi dan aksi rahasia di luar negeri, termasuk kontra-terorisme, operasi militer khusus, hingga pengaruh politik dan ekonomi.
Meski sejak reformasi intelijen 2005 peran Direktur CIA tak lagi memimpin seluruh komunitas intelijen AS, posisi ini tetap menjadi salah satu yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan keamanan nasional.
Selama era Perang Dingin, Director of Central Intelligence memiliki kewenangan luas untuk melakukan operasi rahasia dengan pengawasan yang terbatas.
Saat itu, jabatan ini mengawasi seluruh kegiatan intelijen AS, menjadikannya suara utama dalam memberikan masukan intelijen kepada presiden.
Namun, reformasi besar pada 2005 sebagai respons atas kegagalan mencegah serangan 11 September 2001 mengubah peran tersebut.
Picu ketegangan antar lembaga negara
Tanggung jawab mengelola seluruh komunitas intelijen AS dialihkan kepada Director of National Intelligence (DNI) yang lebih independen.
Hal ini mengurangi pengaruh Direktur CIA, yang juga tidak lagi menjadi penasihat intelijen utama presiden.
Perubahan ini terkadang memicu ketegangan antara Direktur CIA dan DNI, meskipun CIA tetap mempertahankan tingkat independensi yang tinggi.
Pada 2017, Presiden Donald Trump mengembalikan status Direktur CIA sebagai anggota resmi kabinet, dan kemudian menjadikannya peserta tetap National Security Council (NSC), forum utama presiden untuk pembahasan keamanan nasional.
Meski kini ada pengawasan lebih ketat dari Kongres dan DNI, CIA masih relatif bebas dalam menjalankan misi spionase dan operasi rahasia, termasuk dalam konflik seperti perang saudara Suriah dan invasi Rusia ke Ukraina.
Dengan posisi yang berada di puncak struktur intelijen, tanggung jawab Direktur CIA mencakup memastikan setiap direktorat bekerja sesuai aturan, menjaga efektivitas pengumpulan dan analisis intelijen, mengawasi keamanan data dan personel, serta memastikan alokasi anggaran yang tepat demi mendukung misi strategis AS.