Isi Proposal Gencatan Senjata Gaza Terbaru yang Disetujui Hamas
Kelompok Hamas Palestina menyetujui proposal gencatan senjata di Jalur Gaza, yang diusulkan Mesir dan Qatar selaku mediator.
Pejabat senior Hamas Bassem Naim dalam unggahan di Facebook menyatakan pihaknya telah memberikan tanggapan ini kepada Mesir dan Qatar.
"Kami berdoa kepada Tuhan agar perang terhadap rakyat kami padam," ucapnya, seperti dikutip AFP.
Israel sementara itu belum memberikan tanggapan mengenai usulan tersebut. Mesir dan Qatar menyatakan saat ini bola panas ada di tangan Negeri Zionis.
Apa isi perjanjian gencatan senjata usulan Mesir-Qatar?
Perjanjian gencatan senjata yang disodorkan Mesir dan Qatar mencakup penghentian perang selama 60 hari.
Selama periode ini, Hamas dan Israel mesti bertukar tawanan. Sejumlah warga Palestina yang dipenjara di Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan setengah tawanan Hamas yang tersisa di Jalur Gaza.
Saat ini, sebanyak 49 warga Israel masih ditawan di Gaza. Para tawanan termasuk 27 orang yang diyakini telah meninggal.
Salah satu sumber dari kelompok milisi Jihad Islam juga telah menyatakan bahwa tawanan yang tersisa di Gaza akan dibebaskan dalam fase kedua.
Lihat Juga : |
"[Usulan ini] menandai awal dari jalan menuju solusi komprehensif," kata seorang sumber Hamas kepada Al Jazeera.
Meski belum memberikan tanggapan resmi, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah menyatakan bahwa kesediaan Hamas untuk gencatan senjata semata-mata karena mereka takut akan rencana Negeri Zionis merebut Kota Gaza.
Menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, juga telah menyampaikan penolakan atas proposal gencatan senjata yang diusulkan Mesir-Qatar.
Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, telah menewaskan lebih dari 62 ribu warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan.
Israel baru-baru ini menyetujui rencana untuk merebut Gaza City, yang telah ditentang keras oleh komunitas internasional.
Rencana ini diumumkan di saat Israel membuka perbatasan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Meski perbatasan telah dibuka, pada faktanya bantuan-bantuan yang diizinkan masuk masih jauh dari jumlah minimal yang diperlukan bagi seluruh rakyat Gaza yang mengalami krisis kelaparan.
Masyarakat internasional telah memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan serangan baru ke Gaza karena akan berdampak pada operasi distribusi. Selain itu, jutaan warga Gaza telah begitu menderita akibat agresi yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.
(blq/dna/rds)