Australia mengecam Perdana Menteri Benjamin Netanyahu usai menyebut Perdana Menteri Antony Albanese sebagai pengkhianat Israel dan pemimpin "lemah".
Menteri Dalam Negeri Australia Tony Burke mengatakan pernyataan Netanyahu merupakan tanda seorang pemimpin yang frustrasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekuatan tidak diukur dari berapa banyak orang yang bisa Anda ledakkan atau berapa banyak anak yang bisa Anda tinggalkan kelaparan," kata Burke pada Rabu (20/8), dikutip AFP.
Dia lalu berujar, "Apa yang kita lihat dari beberapa tindakan yang mereka lakukan adalah isolasi Israel yang berkelanjutan dari dunia, dan itu juga tidak menguntungkan mereka."
Sebelum berselisih, Israel- Australia memiliki hubungan yang hangat. Sepanjang 1950-an, Australia menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari kengerian Holocaust. Kota Melbourne bahkan menjadi populasi penyintas Holocaust terbesar di luar Israel.
Ketegangan Israel-Australia kian panas usai Netanyahu menuding Albanese sebagai pengkhianat Negeri Zionis.
Dia juga menyebut Albanese menelantarkan orang-orang Yahudi Australia, tanpa menyebutkan alasan
"Sejarah akan mengingat Albanese apa adanya: seorang politikus lemah yang mengkhianati Israel dan menelantarkan Yahudi Australia," tulis Netanyahu.
Unggahan Netanyahu sebagai respons setelah Albanese menyatakan Australia siap mengakui negara Palestina dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), September mendatang. Pengakuan itu akan disampaikan bersama-sama dengan Prancis, Inggris, hingga Kanada.
Pasca pengumuman Albanese, Kementerian Luar Negeri Israel mencabut visa diplomat-diplomat Australia untuk Otoritas Palestina (PA), Canberra lalu membalasnya.
Australia mencabut dan melarang masuk anggota DPR Israel dari partai sayap kanan Religious Zionis, Simcha Rothman, selama tiga tahun. Ia dianggap bisa menyebar kebencian di Negeri Kanguru.
(isa/rds)