Kelompok milisi Houthi menyerbu kantor dua badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di ibu kota Yaman, Sanaa, pada Minggu (31/8).
Aksi itu terjadi sehari setelah Israel mengklaim telah menewaskan perdana menteri pemerintahan yang dikuasai Houthi, Ahmed Ghaleb.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor World Food Programme (WFP) dan UNICEF disebut "dimasuki oleh pasukan keamanan lokal" pada Minggu pagi, menurut keterangan terpisah dari juru bicara kedua lembaga kepada CNN.
Seorang staf WFP ditahan, begitu pula sejumlah pegawai UNICEF. Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, kemudian mengonfirmasi bahwa setidaknya 11 personel PBB ditahan.
Ia "sangat" mengecam penahanan tersebut sekaligus penggerebekan paksa ke kantor PBB.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres juga mengutuk keras tindakan Houthi dan menuntut "pembebasan segera dan tanpa syarat" para staf yang ditahan.
Guterres menegaskan bahwa pegawai PBB maupun mitra organisasi kemanusiaan tidak boleh menjadi sasaran penangkapan saat menjalankan tugas.
"PBB akan terus bekerja tanpa henti untuk memastikan pembebasan semua individu yang ditahan secara sewenang-wenang," kata Guterres.
Baik WFP maupun UNICEF menyampaikan bahwa mereka sedang berupaya mencari informasi tambahan dari otoritas setempat. "Prioritas utama kami adalah keselamatan dan kesejahteraan staf kami," ujar juru bicara masing-masing lembaga.
Belum jelas apakah penggerebekan ini berkaitan langsung dengan serangan Israel. Houthi sebelumnya memang sering menargetkan PBB dan organisasi internasional lain.
Sementara itu, Menteri Informasi pemerintahan Yaman yang didukung PBB, Moammar al-Eryani, mengecam keras aksi Houthi tersebut, seperti dilaporkan kantor berita resmi SABA.
Ketegangan memuncak usai Israel menewaskan Perdana Menteri pemerintahan Houthi, Ahmed al-Rahawi, dalam serangan udara di Sanaa pada Kamis lalu. Serangan itu juga menewaskan sejumlah pejabat Houthi lain.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan serangan tersebut baru permulaan kampanye negaranya terhadap Houthi. "Kami akan menargetkan semua pejabat senior di Sanaa.
Mereka akan membayar harga yang sangat mahal atas agresi mereka terhadap Israel," ujar Netanyahu.
Sejak 2014, Yaman terpecah antara pemerintahan Houthi yang menguasai Sanaa dan wilayah utara, dengan pemerintahan yang diakui secara internasional dan berbasis di selatan.
(zdm/bac)