Jakarta, CNN Indonesia --
Hutan adalah anugerah alam yang sejatinya membuat orang yang tinggal di sana merasakan kemakmuran. Sebab hasil hutan bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia.
Namun, pengelolaan hutan yang serampangan dan mengedepankan keserakahan oleh segelintir kelompok justru membawa pada kemiskinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat tiga negara di dunia yang memiliki hutan terluas di dunia, namun penduduknya, terutama yang tinggal di sekitar hutan, malah didera kemiskinan.
1. Republik Demokratik Kongo
Negara Afrika ini adalah pemilik hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia (Cekung Kongo) setelah Amazon Namun kini menghadapi penggundulan hutan yang masif.
Laman Norway's International Climate and Forest Initiative (nicfi) Cekungan Kongo meliputi sistem sungai Kongo, hutan ini dipenuhi dengan berbagai spesies hewan dan tumbuhan yang unik. Melindungi hutan-hutan ini sangat penting untuk mencegah pemanasan global.
Hutan Cekungan Kongo memiliki luas sebesar India atau hampir sepuluh kali luas Jerman, meliputi 3,3 juta km2. Hampir dua pertiga hutan tersebut berada di wilayah Republik Demokratik Kongo. Hutan ini menyediakan makanan, kayu bakar, air, dan tempat berteduh.
Yang tak kalah penting adalah luasnya lahan gambut. Lapisan tanah organik yang tebal dan kaya karbon ini telah terakumulasi selama jutaan tahun di seluruh wilayah tersebut.
Terdapat lebih dari 10.000 spesies tumbuhan, termasuk 3.000 spesies yang hanya ditemukan di sini: 600 spesies pohon, 1000 spesies burung, 900 spesies kupu-kupu, 280 spesies reptil, dan 400 spesies mamalia.
Namun Deforestasi di Cekungan Kongo berubah dengan cepat. Pada tahun 2022, misalnya, area yang ditutupi pepohonan seluas 15.603 km2 hilang, menurut data satelit terbaru. Ini setara dengan hampir 8.000 lapangan sepak bola hutan yang ditebang setiap harinya.
Ironisnya, Kongo kini menghadapi kemiskinan ekstrem. Hampir tiga perempat penduduknya hidup dengan kurang dari $1,90 per hari, yang mewakili salah satu populasi terbesar di dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Dengan jumlah penduduk 84,1 juta, 55% dari populasi tinggal di daerah pedesaan dan 69% dari angkatan kerja dipekerjakan di bidang pertanian.
Bersambung ke halaman berikutnya...
2. Burundi
Seperti Kongo, Burundi pun memiliki hutan yang luas. Pada tahun 2020, laporan Global Forest Watch mencatat bahwa Burundi memiliki 465.000 hektare hutan alami, yang mencakup lebih dari 17 persen wilayahnya. Namun pada 2023, negara tersebut telah kehilangan 2.350 hektare, setara dengan 2,41 juta ton emisi CO2.
Ekspansi pertanian merupakan salah satu pendorong utama deforestasi. Seiring dengan terus menyusutnya lahan pertanian dan meningkatnya jumlah penduduk yang perlu diberi makan, kawasan hutan ditebang untuk memberi ruang bagi tanaman pangan.
Faktor lainnya adalah bahan bakar. Lebih dari 85 persen penduduk Burundi tinggal di daerah pedesaan, dan sebagian besar, hampir 80 persen, bergantung pada pembakaran kayu untuk memasak. Akibatnya, tingkat deforestasi di negara itu terus meningkat.
Meski kaya hasil hutan, rakyat Burundi justru menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kelangkaan lahan dan pertumbuhan penduduk yang cepat hingga praktik pertanian yang buruk dan meningkatnya kerawanan pangan dan gizi.
Menurut data Global Hunger Index, tingkat kemiskinan dan kekurangan gizi di seluruh Burundi tetap tinggi. Angka stunting di antara anak-anak di bawah usia lima tahun mencapai 57,5%, dengan wasting sebesar 6,1% dan kekurangan berat badan sebesar 29,1%.
Sebanyak 81% penduduk Burundi diklasifikasikan sebagai miskin, dengan 50% hidup dalam kemiskinan parah. Angka kematian anak di bawah usia lima tahun adalah 82 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Indonesia
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan terluas di dunia. Data dari Indonesia.go.id menuliskan, menurut data Organisasi Pangan Dunia (FAO) tahun 2022, Indonesia menempati urutan kedelapan negara dengan tutupan hutan terluas di dunia. FAO mencatat, luas hutan Indonesia mencapai 92 juta hektare (ha).
Sedangkan melansir data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per 2023, luas hutan Nusantara ditetapkan seluas total 125,7 juta ha atau 65,5 persen dari luas daratan.
Sebanyak 57,1 persen berupa hutan produksi, 24,5 persen berbentuk hutan lindung, dan 18,4 persen adalah hutan konservasi. Menurut Undang-Undang nomor 41 tahun 1999, hutan produksi adalah kawasan hutan yang berfungsi memproduksi hasil hutan seperti kayu, rotan, bambu, getah, buah, madu, daun, dan lainnya.
Namun, hutan yang luas itu terus tergerus. Pembukaan lahan baru, pembalakan liar ditambah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi penyebab terjadinya deforestasi tersebut.
Kementerian Kehutanan merilis angka deforestasi netto tahun 2024 tercatat sebesar 175,4 ribu hektar. Angka ini diperoleh dari deforestasi bruto sebesar 216,2 ribu hektare dikurangi hasil reforestasi yang mencapai 40,8 ribu hektare.
Mayoritas deforestasi bruto terjadi di hutan sekunder dengan luas 200,6 ribu hektare (92,8%), di mana 69,3% terjadi di dalam kawasan hutan dan sisanya di luar kawasan hutan.
Data Forest Watch Indonesia mencatat total laju deforestasi dalam dua tahun mencapai 1,93 juta hektare (2021-2023). Deforestasi dilakukan secara terencana dalam konsesi kehutanan seperti PBPH (Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan), termasuk di konsesi hutan alam (HA), hutan tanaman (HT), dan restorasi ekosistem (RE).
Deforestasi juga terjadi di areal kebun sawit melalui skema pelepasan kawasan hutan dan dalam perizinan Perhutanan Sosial.
Dan yang miris, kekayaan hutan Indonesia tidak memberikan kesejahteraan bagi warga, terutama yang tinggal di sekitar hutan.
Laman Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut satu dari delapan kantong kemiskinan adalah masyarakat di sekitar hutan.
Pada tahun 2021 saja, misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ada 25.863 desa yang berada di sekitar kawasan hutan dengan 36,7% termasuk kategori miskin.
Pada Maret 2021, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,49 orang anggota keluarga. Dengan demikian, garis kemiskinan per rumah tangga rata-rata sebesar Rp 2.121.637 per rumah tangga miskin per bulan.
Data lebih lama dari BPS menujukkan tahun 2003 tercatat sekitar 48,8 juta jiwa atau 22 persen dari 219,9 juta penduduk Indonesia yang tinggal di dalam dan sekitar hutan, 10,2 juta jiwa di antaranya masuk dalam klasifikasi penduduk miskin.
Tahun 2025, Kementerian Kehutanan mencatat sebanyak 9.291 desa yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan masih tergolong miskin.
Data resmi BPS mencatat Maret 2025 menunjukkan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 23,14 juta jiwa atau sekitar 8,8% dari total populasi nasional. Dari jumlah tersebut, sekitar 11,72 juta jiwa (50,6%) berada di kawasan perdesaan.