Jakarta, CNN Indonesia -- Kamu pasti sering kan menemukan kiriman di media sosial tentang ramalan golongan darah. Kepribadian kita ditebak dari golongan darah kita.
Banyak hal lucu dan menarik yang terkadang cocok dengan kondisi kita. Tapi benarkah golongan darah bisa menjadi pedoman kita untuk menebak kepribadian seseorang?
Sebelumnya mari kita kembali ke masa lalu untuk mengetahui awal mula konsep ini muncul.
Konsep ini bermula pada tahun 1880-1920 di Eropa. Banyak ilmuwan kala itu ingin membuat konsep ini dengan motif rasisme. Mereka ingin menunjukkan mana ras atau golongan yang lebih unggul dibanding golongan yang lain.
Lalu pada tahun 1927 di Jepang, Takeji Fukumura meneruskan konsep ini dan menerbitkan sebuah makalah. Fukumura merupakan seorang pendidik di sekolah keguruan di Tokyo.
Makalahnya ini menuai kritik karena tidak memenuhi standar statistik. Fukumura hanya meneliti 10-20 sampel. Namun makalah ini tersebar dengan sangat cepat bahkan militer Jepang ingin ada penelitin lanjutan untuk konsep ini agar mereka bisa melatih tentara terbaik.
Pada 1970-an konsep ini dimunculkan kembali dalam sebuah buku yang dibuat oleh Masahiko Nomi, seorang wartawan yang bahkan tak memiliki latar belakang medis.
Kritik datang dari para psikolog Jepang. Buku ini dinilai tak ilmiah. Dalam buku ini tak disertakan data kuantitatif, melanggar aturan statistik, hasil yang tidak konsisten, metodologi yang lemah, dan sebagainya. Tapi sama dengan makalah Fukumura, buku ini sangat populer.
Konsep ini menjadi sangat populer di Jepang dan memiliki istilah khusus yaitu ketsueki-gata. Sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2008 juga menyatakan bahwa 75 persen warga Jepang percaya dengan konsep ini. Dengan kepolulerannya, konsep ini mudah menyebar ke luar Jepang.
Darah pertama kali digolongkan menjadi A, B, AB, dan O pada tahun 1901 oleh Karl Landsteiner, yang menjadi dasar ilmu tranfusi hingga kini. Karl membagi darah menjadi 4 golongan berdasarkan antigen yang menempel pada permukaan sel darah merah kita. Ada yang memiliki antigen tipe A, tipe B, tipe A dan B, dan ada juga yang tidak memiliki antigen yaitu golongan darah O.
Antigen sendiri merupakan zat berupa protein atau polisakarida yang memicu respons kekebalan tubuh. Antigen berfungsi untuk memproduksi antibodi ketika ada antigen asing yang masuk ke dalam tubuh kita sebagai bentuk pertahanan.
Lalu apakah benar konsep kepribadian berdasarkan golongan darah? Apakah protein yang terdapat pada permukaan sel darah merah kita mempengaruhi sifat kita?
Pastinya tidak. Antigen berdampak pada antibodi, bukan karakter. Karakter manusia memiliki banyak faktor seperti genetik, hormon, sirkuit otak, bahkan faktor lingkungan.
Secara logika pun sulit untuk mendapat kebenarannya. Meskipun satu golongan darah, tidak tentu akan memiliki sifat yang sama.
Dalam masyarakat, kita tidak hanya akan menemukan 4 ciri kepribadian saja kan? Begitu banyak jenis keribadian manusia.
Konsep golongan darah dapat menentukan kepribadian seseorang juga dipatahkan oleh penelitian lain yang lebih ilmiah dan dalam skala yang lebih besar. Salah satunya penelitian berjudul The Observation on the Relationship between Blood Type and Performance in Meeting, yang dilakukan oleh Yung-Hsiang Tu dkk dari University of Tatung, Taipei. Penelitian itu menarik kesimpulan bahwa tidak ada korelasi antara golongan darah dengan kepribadian yang dimiliki seseorang.
(ded/ded)