Jakarta, CNN Indonesia -- Terdapat dua jenis generasi milenial yang cerdas: milenial yang penuh wawasan tetapi memiliki mental yang tidak stabil dan raga yang tidak sehat dan milenial yang cerdas tetapi memiliki jiwa dan raga yang sehat dan stabil.
Generasi milenial merupakan generasi yang sering kali didefinisikan tidak berdasarkan tanggal lahir namun berdasarkan kecenderungan perilaku dan psikografis mereka. Di mana, generasi yang unik ini adalah generasi yang lahir di era intenet.
Perilaku adaptif mereka sendiri sangat cepat terhadap segala sesuatu yang bernuansa digital. Saya secara pribadi lebih sepakat terhadap definisi seperti ini. Namun, dalam sudut pandang yang berbeda, generasi millenial juga dikatakan merupakan kelanjutan dari Generasi X atau Generasi Mtv. Generasi milenial yang lahir di dekade akhir 80-an dan dekade 90-an.
Seperti yang bisa kita lihat pada masa kini, remaja milenial cenderung lebih terlihat lemah dari segi mental maupun kesehatan. Sudah bisa kita lihat bahwa tingkat kematian setiap tahun semakin meningkat dan faktor yang berperan dalam kematian ini adalah, kolestrol, stroke, penyakit jantung dan diabetes.
Jika kita lihat dari segi mental, remaja pada masa ini jauh lebih lemah dibanding orang pada masa lalu, bahkan sudah terbukti apa yang sebenarnya menjadi kekhawatiran kita terhadap remaja milenial itu sudah mulai bermunculan.
Tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan, jika tidak semua, anak generasi muda ini cenderung “mager” alias malas gerak dan bisa berjam-jam menghabiskan waktu depan layar komputer, sehingga jarang beraktivitas fisik. Didukung juga dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti tidur larut malam, banyak mengonsumsi junk food, dan malas berolahraga yang membuat generasi milenial berisiko tinggi untuk mengalami berbagai masalah kesehatan.
Berbanding terbalik pula apa yang terjadi pada milenial yang memilih hidup sehat, yakni hidup bervegetarian, pada umumnya apa yang kita dapat lihat bahwa terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap perilaku, psikologi dan kesehatan pada milenial baik yang hidup sehat ataupun tidak.
Vegetarian pada umumnya dianggap sebagai gaya hidup yang mengatur makananan yang dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tubuh. Tetapi pada umumnya, yang kita ketahui adalah hidup sehat atau gaya hidup antidaging.
“Sesungguhnya vegetarian tidak hanya berpengaruh positif pada kesehatan, dengan hidup bervegetarian, akan memberikan dampak positif terhadap jiwa kita, membentuk pemikiran yang lebih stabil dan sehat, karakter yang lebih baik dan mental yang lebih tangguh,” kata Dr. Drs. Susianto Tseng, MKM. Ahli gizi sekaligus Sekretaris Jenderal Indonesia Vegetarian Society & Vegan Society Indonesia dan ketua koordinator Indonesia Vegan Union.
Dr. Andri, SpKJ, dari Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera mengatakan dahulu ia mendapati lebih banyak pasien dari kalangan dewasa usia 35 tahun ke atas. Namun beberapa tahun belakangan, justru generasi milenial yang lebih banyak menjadi pasiennya, kebanyakan dari pasien mengalami tekananan batin dan depresi akut sehingga membuat mereka ingin bunuh diri.
"Tahun 2008 sampai 2010 itu pasien yang datang sudah level manajerial. Masalahnya kebanyakan depresi karena soal pekerjaan, stres bekerja, masalah rumah tangga," ungkap dr Andri kepada detikHealth. "Namun 3 tahun belakangan saya perhatikan, pasien lebih muda, dari generasi milenial usia 17 sampai 25 tahun, dengan masalah depresi, sama seperti yang dulu," tambahnya lagi.
Sebenarnya solusi untuk mengatasi rusaknya mental dan kesehatan milenial hanya satu, yakni apa yang dikonsumsinya sehari-hari. “Setiap daging yang kita konsumsi terdapat sebuah toxin. Toxin tersebut merupakan campuran dari berbagai kerusakan mental akibat perasaan takut, amarah dendam, sedih dan sengsara dari hewan tersebut sebelum disembelih. Toxin mengalir bebas di dalam setiap pembuluh darah dan akan ternetralisir ke dalam neuron kita sehingga secara tidak langsung menyerang mental kita dan memberikan dampak buruk pada cara pandang, berpikir dan bertindak," tutur dr. Susianto Tseng, MKM.
Sudut pandang mengenai kurangnya gizi bila hidup bervegetarian itu disebut salah mutlak. Dari penelitian dr. Susianto Tseng, MKM. seorang ahli gizi menyatakan bahwa mengkonsumsi sayur-sayuran mendapatkan kandungan gizi yang jauh lebih besar dibanding daging.
“Banyak orang awam mengatakan bahwa kita tidak bisa mendapatkan vitamin B12 apabila tidak mengkonsumsi daging, sebenarnya vitamin B12 itu terkandung dalam tempe, bahkan sudah teruji bersama dengan tim penelitian saya,” tutur dr. Susianto Tseng, MKM.
Selain itu, sudah dilakukan pengujian psikologi dari Universitas Indonesia, bahwa kestabilan mental orang yang hidup bervegetarian jauh lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih banyak mengkonsumsi daging. Mengkonsumsi daging bukan hanya mempengaruhi Emotion Quotient tetapi juga mempengaruhi Intelligence Quotient seseorang.
Pertanyaan lebih substansial, apakah kita sebagai remaja milenial ingin memberikan dampak positif terhadap mental dan raga atau justru acuh tak acuh terhadap kekhawatiran ini dan memuaskan diri dengan sepotong daging? Terakhir, apakah kita sebagai orang tua sudah memperhatikan apa yang dikonsumsi anak dapat memberikan dampak negatif pada jiwa dan raga anak?
Untuk membangun kembali kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup bervegetarian yang memberikan dampak positif terhadap mental dan raga milenial, akan diadakan event bazar vegetarian besar, yakni Earth Festival Season 2 yang akan diselenggarakan oleh IVS. “Acara bazar vegan dan vegetarian ini akan sangat meriah dibanding Earth Festival pertama yang diselenggarakan 1-3 september 2017 kemarin. Untuk Earth Festival 2018, kami akan bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan," tutur Leo Narwin, Ketua Penyelenggara event.
Generasi milenial NKRI memerlukan perubahan pola makan untuk mencetak milenial yang lebih unggul, milenial yang memiliki kesehatan mental yang stabil, milenial yang memiliki kesehatan raga yang optimal. Generasi milenial yang jauh dari tekanan batin, stres dan depresi, generasi milenial yang jauh dari serangan jantung, kolestrol, stroke, diabetes dan kanker.
Generasi milenial Indonesia harus menjadi lebih baik. Oleh karena itu, semoga kesadaran milenial pada masa kini dapat tertuju pada kehidupan bervegetarian demi membangun dan membentuk karakter dan kesehatan milenial yang lebih tajam.
Dengan dukungan dan dorongan yang diberikan oleh orang tua, pembimbing, teman dan lingkungan sosial sehingga remaja emas ini dapat diberikan iluminasi (pencerahan), artinya rusaknya karakter dan kesehatan remaja milenium ini bukanlah sekedar opini untuk memberikan sudut pandang pribadi, tetapi memperlihatkan bahwa karakter dan kesehatan milenial pada masa kini sudah berada di tebing jurang. Seluruh NKRI berharap dapat membawakan perubahan signifikan bagi remaja negara ini.
(ded/ded)