Jakarta, CNN Indonesia -- Agus Harimurti Yudhoyono pernah berjanji tak akan melupakan dunia militer tempat dirinya ditempa. Janji tersebut Agus penuhi pada hari ini, Minggu (11/12), dengan mengundang 149 purnawirawan jenderal TNI dan Polri dalam acara pidato politiknya sebagai calon gubernur DKI Jakarta di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Agus mengaku merasa terhormat bisa berbicara di hadapan ratusan purnawirawan jenderal. Ia pun memohon doa restu untuk 'bertempur' di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
"Saya dan Mpok Sylvi mohon izin dan mohon doa restu dari para sesepuh dan senior, termasuk para pemimpin agama, untuk maju sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta periode 2017-2022 mendatang," kata Agus di awal pidatonya.
Acara itu memang dihadiri oleh para purnawirawan jenderal TNI dan Polri, di antaranya Letnan Jenderal (Purn) Sudi Silalahi dan Mayor Jenderal (Purn) Nachrowi Ramli. Hadir pula ayah Agus Yudhoyono, Susilo Bambang Yudhoyono yang juga seorang purnawirawan jenderal TNI AD.
Menurut Agus, kesempatan berbicara di hadapan senior-seniornya ketika masih berkarier sebagai tentara merupakan hal yang langka. Momen itu juga ia sebut tak kalah berat dengan tugasnya berkampanye mengelilingi permukiman di Jakarta.
"Tantangan yang tidak mudah itu pula harus kami alami hari ini, di mana saya harus bicara di depan 149 Jenderal, Laksamana dan Marsekal Purnawirawan TNI dan Polri. Suatu kesempatan yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya," ujarnya.
Pengalaman MiliterSelain meminta restu, dalam kesempatan itu Agus juga memaparkan 10 program unggulannya jika terpilih sebagai gubernur Jakarta.
Program-program itu antara lain bantuan langsung tunai (BLT) untuk warga tak mampu, pengurangan pengangguran dan penciptaan lapangan kerja, peningkatan keamanan kota kerukunan warga, serta peningkatan pembangunan infrastruktur dan perumahan.
Agus juga banyak menceritakan pengalamannya selama menjadi prajurit. Salah satunya saat menjadi Komandan Peleton Yonif Linud 305 Kostrad dalam operasi militer di Aceh, serta saat mengemban misi perdamaian PBB di Libanon.
Berbagai pengalaman itu, kata Agus, membuat dirinya banyak memetik pelajaran berharga soal kepemimpinan. Dan Agus yakin, pengalaman itu bakal berguna saat diterapkan di masyarakat Jakarta.
"Mentalitas dan pendekatan kepemimpinan itulah yang harus hadir di tengah masyarakat kita," kata Agus. "Jangan sampai mereka ketakutan setiap saat karena tidak menentu nasibnya, jangan-jangan saya hari ini digusur, dibuang dari kota Jakarta, kehilangan pekerjaannya."
(wis/yul)