PolMark Sebut Pilkada Jakarta Mirip Pilpres AS 2016

CNN Indonesia
Kamis, 19 Jan 2017 21:26 WIB
Kemiripannya terletak pada banyaknya pemilih yang merahasiakan pilihannya. PolMark menduga hal itu karena pemilih takut dicap dengan hal-hal negatif.
Lembaga survei PolMark mengatakan fenomena di Pilkada DKI Jakarta mirip dengan yang terjadi di Pilpres Amerika Serikat 2016. (CNN Indonesia/ Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga riset PolMark Indonesia menemukan fenomena baru saat mengumumkan hasil survei elektabilitas tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada DKI Jakarta, per awal Januari 2017.

Fenomena tersebut berupa tingginya responden yang merahasiakan pilihannya ketika survei. Situasi ini disebut mirip dengan yang terjadi di Pilpres Amerika Serikat.

"Di Amerika Serikat baru saja terjadi Pilpres yang membuat orang mengkaji data politik lebih hati-hati. Hampir semua lembaga survei, kecuali LA Times memprediksi Hillary Clinton yang akan menang. Ternyata Donald Trump yang menang," ujar CEO PolMark Eep Saefulloh di Jakarta Pusat, Kamis (19/1).

Setelah Pilpres AS berlangsung, Eep mengaku sempat berdiskusi dengan beberapa koleganya di Washington DC terkait fenomena tersebut.

Hasilnya, kata Eep, banyak warga AS yang merahasiakan pilihannya kepada Trump, lantaran takut diberi label sebagai rasis, anti-imigran, norak, dan tidak menyenangkan.

"Label-label ‎yang tidak enak itu melekat pada orang yang mengaku memilih Trump. Maka, mereka memilih diam," ujar Eep.

Menurut Eep, dalam survei yang dilakukan lembaganya pada 6-12 Januari 2017, jumlah responden yang merahasiakan pilihannya cukup signifikan, yakni 23 persen dari total responden.

Berangkat dari Pilpres AS, dan hasil survei lembaganya tersebut, Eep mengaku mulai mencari tahu fenomena yang ia sebut silent majority itu di Jakarta.

Sebab, menurut Eep, ada kecenderungan orang enggan diidentifikasi sebagai pemilih pasangan calon yang identik dengan sejumlah hal negatif.

"Kalau ada silent majority, dengan sendirinya mereka (lembaga survei) itu bisa keliru. Karena ternyata ada orang yang tidak menjawab, dan pada saat hari pencoblosan, dia mencoblos pada satu nama, pada kasus Amerika yaitu Donald Trump," kata Eep.

Dari hasil survei PolMark Indonesia, diketahui potensi elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 23,9 persen, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat 20,4 persen, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 25,3 persen dengan 23 persen responden merahasiakan pilihannya.

Dari jumlah 23 persen silent majority tersebut, PolMark Indonesia kemudian memperdalam kembali untuk mengetahui referensi pilihannya.

Saat ditanya lebih halus preferensi pilihannya, silent majority yang memilih Anies-Sandi 6,4 persen, Ahok-Djarot 4,2 persen, Agus-Sylvi 6 persen dan tidak menjawab 6,4 persen.

Dengan demikian, maka secara keseluruhan potensi elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur per awal Januari 2017 menjadi Anies-Sandi 31,7 persen, Agus-Sylvi 29,9 persen dan Ahok-Djarot 24,6 persen. Adapun yang tidak menjawab atau belum menentukan pilihan sebesar 13,8 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER