Jakarta, CNN Indonesia -- Pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta menyisakan waktu kurang dari dua pekan. Aktivitas kampanye tiga pasang kandidat untuk meningkatkan elektabilitas, otomatis akan segera berakhir.
Dua hasil survei terbaru memotret elektabilitas ketiga pasangan calon di menit-menit akhir menjelang pencoblosan. Walau berbeda hasil, namun jajak pendapat ini dapat menjadi rujukan untuk evaluasi tiga kandidat.
Survei Charta Politika yang dilakukan 17-24 Januari 2017 menunjukkan, elektabilitas pasangan calon Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 25,9 persen; Basuki Tjahaja Purnama-Djarot alias Ahok-Djarot Saiful Hidayat 36,8 persen; dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 27 persen.
Hasil berbeda diungkapkan Poltracking Indonesia. Dari survei yang digelar 24-29 Januari 2017, pasangan Anies-Sandi unggul dengan 31,5 persen; disusul Ahok-Djarot 30,13 persen; dan terakhir Agus-Sylvi 25,75 persen.
Terlepas dari survei berbeda itu, menjelang hari pemungutan suara pada 15 Februari 2017, beragam strategi dikerahkan untuk meraup dukungan. Salah satunya memaksimalkan kinerja partai pengusung dan relawan, serta para elite partai.
Pasangan nomor urut tiga, Anies-Sandi yang paling terlihat jor-joran berkampanye. Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sampai harus turun gunung menggaet dukungan.
Pasangan yang diusung Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera ini juga meluncurkan program khusus untuk menggaet pemilih muda "Santai Sore Anies-Sandi". Sejak awal Januari, Prabowo menyambangi Kampung Akuarium dan Luar Batang di wilayah Jakarta Utara.
Setelah dua lokasi yang sempat menjadi sorotan publik karena isu penggusuran itu, Prabowo intensif memberi arahan kepada para relawan Anies-Sandi dan berkampanye di beberapa wilayah pada pekan ini.
Menurut Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha, dampak aksi 'turun gunung' Prabowo belum dapat disimpulkan memengaruhi kenaikan elektabilitas Anies-Sandi dari hasil survei terbarunya.
Selain karena belum dimasukkan menjadi salah satu pertanyaan di survei, aksi Prabowo baru dilakukan saat survei sedang berlangsung. Hanya saja, Hanta mengakui kehadiran tokoh atau ketua umum partai seperti Prabowo punya andil besar dalam mengerek elektabilitas kandidat yang diusung.
Sosok seperti Prabowo dinilai punya pengaruh untuk menarik massa.
"Kalau pasangan nomor tiga menurunkan tokoh yang punya elektoral kuat seperti Prabowo, nomor satu SBY turun gunung juga, atau ibu Megawati juga, itu akan memberi dampak. Sebesar apa? Tentu perlu disurvei atau dianalisis lagi," kata Hanta di Jakarta, kemarin.
Ketua Tim Pemenangan Anies-Sandi, Mardani Ali Sera, mengatakan, kenaikan elektabilitas dalam survei Poltracking turut dipengaruhi keberadaan Prabowo dalam kampanye pasangan ini.
"Oh tentu, elektabilitas Pak Prabowo di Jakarta tinggi sekali, maka ketika turun sambutan masyarakat luar biasa," kata Mardani di tempat yang sama.
Elektabilitas Pak Prabowo di Jakarta tinggi sekali, makanya ketika turun sambutan masyarakat luar biasaMardani Ali Sera |
Jika menelisik pernyataan Mardani, perolehan suara Prabowo di Jakarta sebenarnya masih kalah dengan Joko Widodo yang saat ini menjadi Presiden Indonesia.
Pada Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta Rajasa hanya mendapat 2.528.064 atau 46,92 persen, kalah dari Jokowi-Jusuf Kalla yang meraup 2.859.894 atau 53,08 persen suara.
Ditambah lagi, saat itu Prabowo berpasangan dengan Hatta yang partainya kini menjadi bagian dari Poros Cikeas pengusung pasangan nomor urut satu, Agus-Sylvi.
Meski demikian, semua potensi perebutan suara yang dapat dimanfaatkan dari aksi turun gunung Prabowo masih mungkin terjadi. Walaupun hasilnya masih harus menunggu survei berikutnya atau bahkan pada 15 Februari mendatang.
Apalagi merujuk hasil survei lembaga Poltracking Indonesia, sebagian besar warga Jakarta merupakan tipe pemilih rasional. Tipe yang memilih calon dari program kerja dan rekam jejak ini mendapat persentase hingga 39,88 persen.
Selanjutnya, diikuti tipe pemilih sosiologis yang memiliki preferensi pilihan berdasarkan faktor identitas, agama, suku atau kedaerahan sebesar 30,51 persen dan tipe psikologis yang berdasarkan karakter personal sebanyak 24,14 persen.
 Aksi joget dangdut Prabowo saat berkampanye untuk pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. (CNN Indonesia/Sisilia Claudea Novitasari) |
Untuk mengeruk suara dari ketiga tipe pemilih ini, para pasangan calon maupun tokoh partai seperti Prabowo harus menyesuaikan materi kampanye agar tepat sasaran. Hal ini pun mulai terlihat dari aksi kampanye Prabowo.
Dalam kampanye, Prabowo seringkali membawa isu-isu moral dan mengaitkannya dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Jakarta. Selain menekankan bahwa Anies-Sandi merupakan sosok yang kompeten, memiliki rekam jejak, dan berkarakter baik.
Memang, aksi 'turun gunung' Prabowo belum dapat memberi dampak instan saat ini. Potensi suara dari ketiga tipe pemilih yang akan direbut masih belum dapat disimpulkan.
Akan tetapi, perlu diingat pula dua pekan tetaplah menjadi waktu yang krusial. Untuk itu, perlu ada strategi khusus yang dilakukan Prabowo maupun tokoh dan para kandidat agar kampanye berjalan efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Para kandidat juga tidak boleh terpeleset apalagi melakukan blunder dengan lilitan isu di luar Pilkada, atau bahkan dari penampilan debat kandidat terbuka yang justru hanya akan membuat elektabilitas menjadi anjlok.
(sur/rdk)