Nusa Dua, CNN Indonesia -- Penyelenggaraan Musyawarah Nasional Partai Golkar IX di Nusa Dua, Bali, yang dibuka Ahad (30/11), membawa rezeki tersendiri bagi para pecalang di Pulau Dewata.
Petugas keamanan tradisional di Bali itu dilibatkan dalam hajatan besar partai berlambang beringin ini selama lima hari pelaksanaan munas. Tak tanggung-tanggung, Partai Golkar memberdayakan ratusan pecalang untuk ikut membantu mengamankan jalannya acara.
Bayarannya ternyata cukup menggiurkan. Setiap pecalang diupah Rp 500 ribu per hari. Besaran rupiah itu diungkapkan Komang, seorang pecalang dari lima desa yang ada di kawasan Nusa Dua saat ditemui CNN Indonesia di lokasi munas. “Lumayan lah,” ucap Komang dengan dihiasi senyuman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pakaian adat Bali, tugas Komang beserta 300-an pecalang lainnya bisa dibilang tidak terlalu berat. “Tugasnya hanya menjaga,” tutur Komang yang bertugas dari 30 November hingga 4 Desember depan.
Tentunya kalau selama pelaksanaan munas berjalan aman dan lancar, kerja Komang dan rekan-rekannya tak perlu repot-repot karena aparat kepolisian dalam jumlah besar juga sudah dikerahkan. Tugas pecalang sifatnya lebih kepada membantu pengamanan.
Dengan bayaran per hari sebesar itu, dan jumlah pecalang sebanyak 300 orang, artinya panitia penyelenggara munas harus merogoh kocek senilai Rp 750 juta.
Menurut Komang, yang membuat sedikit repot hanya pada saat pertama kali diberi kabar untuk membantu menjaga. Maklum, gelaran munas kali ini waktunya sangat mepet sehingga persiapannya juga harus serba cepat. “Kami baru dikabari kepastiannya kemarin. Buru-buru tapi tidak apa-apa," ujar Komang.
Kesan terburu-buru untuk melaksanakan munas memang sangat kentara. Bahkan, penyelenggaraan munas yang dibuka pada Ahad pukul 19.00 WITA baru dipersiapkan tidak lebih dari 12 jam saja. Padahal acara sebesar ini diikuti oleh sekitar 3 ribu kader Golkar.
Dari pengamatan CNN Indonesia di lokasi munas, panggung acara pun terpaksa menggunakan panggung bekas acara sebuah provider seluler yang digelar sehari sebelumnya.
"Tadi pagi, minta dibongkar, tapi kami sarankan panggungnya jangan dibongkar karena tidak akan terkejar waktunya. Jadi ini pakai panggung lama," kata seorang pekerja dari panitia penyelenggara yang bertugas di belakang panggung.
Dengan latar belakang layar putih, panitia hanya sempat membuat pilar berjejer sebagai hiasan. Masing-masing lima buah di sisi kanan dan kiri panggung. "Persiapannya benar-benar dadakan, memakai sound system-nya juga membingungkan, karena semalam ada acara, ruang ini dipakai dan kosong baru pagi," kata seorang pekerja lainnya.