MUNAS GOLKAR

Kunci Golkar Dipegang Ical, Akbar Tak Berdaya

CNN Indonesia
Selasa, 02 Des 2014 09:13 WIB
Priyo mengatakan, sekuat apapun Akbar Tanjung berupaya mendamaikan Aburizal (Ical) dan Agung Laksono, rekonsiliasi tak akan terlaksana jika Ical tak berkenan.
Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung gagal memediasi Agung Laksono dan Aburizal Bakrie. (Antara/Puspa Perwitasari)
Nusa Dua, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengatakan kunci perdamaian di tubuh Golkar ada di tangan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical). Maka sekuat apapun usaha Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung untuk menjembatani perbedaan sikap antara Ical dan Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono, akan sia-sia jika Ical tidak berkenan.

Priyo yang sempat menjadi bakal calon ketua umum Golkar, berharap partainya tak pecah. Selama ini Priyo berada satu kubu dengan Agung Laksono. Mereka tergabung dalam Tim Penyelamat Partai Golkar. Seperti Agung, Priyo juga menolak Musyawarah Nasional Golkar di Bali yang ia anggap tak demokratis.

Meski demikian, Priyo menghormati langkah Akbar Tandjung yang terus berupaya mendamaikan Agung dan Ical. Priyo pun prihatin dengan kondisi partainya, dan mendukung upaya Akbar mewujudkan rekonsiliasi antara dia kubu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, ujar Priyo lagi, kunci ada di tangan Ical sehingga sehebat apapun Akbar, persatuan Golkar sulit tercapai jika Ical memang tak mau mewujudkannya. "Seperti berteriak di ladang hampa," kata Priyo di Hotel Lagoona, Nusa Dua, Bali, Senin malam (1/12). Meski berada di Bali, Priyo tak menghadiri Munas karena kehadirannya ditolak di acara itu. (Baca: Kartu Peserta Munas Milik Priyo Dirampas Nurdin)

Sebelumnya, Akbar sempat minta tolong kepada Priyo untuk bersama-sama mendamaikan Akbar dan Ical. "Saya membujuk Ical, Anda Agung," kata Akbar ketika ditemui Priyo di kamar hotel tempatnya menginap. Priyo setuju. Namun ternyata justru Aburizal yang menolak tawaran damai dari Akbar, hingga akhirnya Agung pergi meninggalkan Bali. (Baca: Ical Tolak Tawaran Akbar, Tutup Pintu Damai dengan Agung)

Melihat upaya perdamaian mandek, Akbar tak punya pilihan lain selain mengikuti agenda Munas. “Kembali ke jadwal semula,” kata Akbar. Namun ia tetap berkomunikasi dengan Priyo untuk melihat apakah hubungan antara kedua kubu bisa terjalin atau tidak. Akbar sebelumnya ingin mempertemukan Ical dan Agung sebelum tata tertib pemilihan ketua umum Golkar disahkan.

Soal Tim Penyelamat Partai Golkar, Priyo siap membubarkannya dengan syarat Munas digelar demokratis. Sebab, kata Priyo, sejak awal didirikan, Tim Penyelamat punya misi mengawal dan memastikan Munas berlangsung dengan baik, transparan, dan tanpa rekayasa.

"Maka Tim siap bubar manakala Munas terselenggara halal dan demokratis," ujar Priyo. Masalahnya, menurut dia, kenyataannya Munas berlangsung tak adil.

Golkar, ujar Priyo, mestinya menyediakan arena bertarung yang demokratis bagi kadernya untuk memperebutkan kursi ketua umum Golkar. Namun malah muncul rekaman yang diduga suara Nurdin Halid, yang membuktikan bahwa ada skenario dalam Munas Bali untuk memenangkan Ical. (Baca: Nurdin Halid Bantah Rekaman Skenario Pemenangan Ical)

Sampai saat ini, Priyo dan Tim Penyelamat masih menilai Munas di Bali inkonstitusional. Oleh karena itu Tim berpandangan perlu digelar Munas yang jujur dan adil.

"Setelah terjadi Munas yang jujur dan adil, siapapun ketua umum yang terpilih akan kami hormati. Kami sudah kenyang makan asam garam demokrasi," ujar mantan wakil ketua DPR itu.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER