Nusa Dua, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengungkapkan kekecewaan besarnya terhadap kepemimpinan Aburizal Bakrie alias Ical. Priyo menganggap penyelenggaraan Musyawarah Nasional Golkar di Bali yang tidak mengakomodir keterlibatan kandidat pesaingnya, merupakan proses yang tidak demokratis.
"Ical akan dikenang sebagai ketua umum paling buruk dalam sejarah partai beringin," kata Priyo di Hotel Lagoona, Nusa Dua, Bali, Senin malam (1/12).
Menurut Priyo, Munas telah dirancang sedemikian rupa agar Ical dapat kembali melanjutkan kekuasaannya di partai beringin secara aklamasi. Tata tertib bahkan disahkan tanpa persetujuan seluruh peserta Munas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upaya rekayasa penyelenggaraan Munas, lanjut Priyo, terbukti dengan beredarnya rekaman percakapan Nurdin Halid dengan puluhan perwakilan Golkar daerah. Pertemuan rahasia itu menghasilkan, salah satunya, penyusupan pasal 22 ayat 4 yang mengatur aklamasi di dalam tata tertib.
"Cacing pun kalau diinjak pasti menggeliat, apalagi ini para petinggi partai yang memiliki hak untuk turut menentukan haluan partai (malah tak diikutsertakan). Ini awal malapetaka besar bagi partai," ujar Priyo.
Priyo adalah salah satu anggota Tim Penyelamat Partai Golkar yang dipimpin Agung Laksono. Priyo juga sesungguhya salah satu bakal calon ketua umum Golkar. Namun Panitia Munas menolak kehadiran Priyo. Padahal mantan Wakil Ketua DPR RI ini sudah berada di Bali.
Staf Priyo yang datang lebih dulu ke arena Munas di Hotel Westin ditolak kehadirannya dan dicabut tanda pesertanya.
Saat ini Ical adalah calon tunggal di Munas IX. Pesaing terakhir Ical, Airlangga Hartarto, mengundurkan diri karena menilai Munas tak demokratis. Sebelumnya calon lain, MS Hidayat, telah lebih dulu mundur. Praktis, Ical akan mulus melenggang kembali ke kursi nomor satu Golkar.