Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menunda pelaksanaan Kurikulum 2013 (K13) di beberapa sekolah non percontohan. Evaluasi mengenai implementasinya tengah dikaji untuk memastikan nilai manfaat dari kurikulum warisan M. Nuh, menteri terdahulu.
Penundaan kurikulum ini mendapat sambutan baik dari salah satu penerbit buku pelajaran terbesar di Indonesia, PT Penerbit Erlangga. Manajer Marketing Nasional PT Penerbitan Erlangga Rizal Pahlevi Hilabi mengatakan pelaksanaan kurikulum ini terlalu dipaksakan dan terlalu cepat.
“Terlalu cepat, sosialisasi belum beres. Mau didukung penerbit juga susah. Semuanya pemerintah yang urus,” kata Rizal kepada CNN Indonesia, Senin (8/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rizal juga mengatakan kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 jauh lebih komprehensif. Rizal tak mau mengomentari materi k13 tetapi dia curiga ada udang dibalik batu atas kesan yang dipaksakan untuk segera melaksanakan K13 ini.
“KTSP 2006 saja dulu uji coba melalui KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi dan bisa berhasil. K13 tidaka da ujicoba. Entah motifnya apa, saya menduga agar kurikulum ini diaplikasikan sebelum menteri turun,” katanya.
Mengenai kerugian akibat penundaan K13, Rizal mengatakan pihaknya tidak mengalami kerugian besar karena sejak awal pemerintah yang mengeluarkan K13 beserta buku-bukunya. Pihak penerbit swasta hanya diperbolehkan menjual buku pendamping.
Lebih jauh lagi, Rizal mengatakan semestinya setiap kurikulum yang dijalankan bisa paralel meskipun menteri berganti. Jika nantinya muncul seorang menteri reformis, Rizal memprediksi K13 pada akhirnya akan digantikan.
“Jika kemudian menterinya reformis dan berpikir pasti ini ada yang salah. Kami sudah sering ikuti pergantian kurikulum. Ini yang paling kontroversial,” ujarnya.