Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Golongan Karya (Golkar) kubu Agung Laksono akhirnya memilih lima orang untuk menjadi juru runding demi terciptanya perdamaian dalam tubuh Partai Golkar.
Agung Laksono selaku Ketua Umum versi Musyawarah Nasional Ancol mengatakan semua celah untuk melakukan islah masih ada.
"Jika memang itu jalan terbaik maka peluang masih tetap terbuka," ujar Agung setelah rapat pengurus harian Partai Golkar digelar di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Rabu sore (17/12). Namun, dia mengatakan ada satu poin penting agar pintu perdamaian tetap terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Celah tetap terbuka jika mereka (pihak Ical) ikuti visi kita," kata Agung. Visi yang disinggung oleh Agung Laksono adalah keputusan-keputusan politik yang muncul hasil dari Munas Ancol. Agung menjelaskan dari munas tersebut terdapat empat keputusan politik.
"Pertama adalah mendukung pemerintah dan tetap terbuka ruang demokrasi dan koreksi bila perlu. Kedua adalah kami memutuskan untuk keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP)," kata Agung.
Sementara dua keputusan lainnya adalah Partai Golkar mendukung disahkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Pilkada Langsung (Perppu Pilkada) serta menjalankan sistem proporsional terbuka.
Agung mengatakan islah merujuk pada masalah visi atau prinsip. Agung menekankan agar kubu Aburizal Bakrie tidak selalu menyinggung persoalan yang berkaitan dengan jabatan dan kekuasaan.
"Ini lebih bersifat ideologi dan visi. Prinsip ini harus bisa disepakati. Jika sudah disepakati barulah kita bahas masalah personal," kata mantan Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat tersebut.
Senada dengan ucapan Wakil Ketua Umum Golkar Yorrys Raweyai sebelumnya, Agung pun meminta kubunya untuk menunggu ajakan dari pihak Aburizal Bakrie. "Pada dasarnya kami menunggu. Namun, jika diperlukan saya memulai dulu tidak ada persoalan," katanya.