Jakarta, CNN Indonesia -- Jam di dinding menunjukkan pukul 07.58 WIB ketika gempa berkekuatan 9,3 Skala Ritcher menggoyang Aceh. Setengah jam kemudian Aceh diterjang tsunami yang ketinggiannya mencapai 35 meter. Tsunami menyapu Banda Aceh dan kota-kota lain di pesisir barat Pulau Sumatera, menghilangkan nyawa seratusan ribu orang lebih.
Saat itu Jusuf Kalla menjabat Wakil Presiden RI di periode pertama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Dia sedang bersiap menghadiri halalbihalal masyarakat Aceh di Jakarta Convetion Center (JCC). Selanjutnya sepanjang acara halalbihalal, JK tampak gusar. Jarum jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. JK mempersingkat pidatonya dan menghampiri Pejabat Sementara Gubernur Aceh, Azwar Abubakar.
“Pakai pesawat saya saja,” ujar JK pada Azwar. JK juga meminta Menteri Komunikasi dan Informatika saat itu, Sofyan Djalil, untuk segera berangkat ke Aceh dengan pesawatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sofyan yang kini menjabat Menteri Koordinator Perekonomian, ingat betul JK menitipkan sebuah tas berisi uang tunai ratusan juta dari kantong pribadi JK. Uang itu dipakai sebagai bentuk pertolongan pertama pada masyarakat Aceh. "Sebagian uang tersebut, kira-kira Rp 200 juta, dibelanjakan untuk membeli beras dan mi instan di beberapa toko dekat bandara,” kenang Sofyan.
Sekelumit cerita tentang JK ini menjadi kenangan tersendiri, terutama bagi masyarakat Aceh yang tepat hari ini, Jumat (26/12), memperingati 10 tahun bencana tsunami. Kisah JK saat menghadapi tsunami Aceh itu dibungkus dalam buku berjudul 'Ombak Perdamaian' yang dibawa JK ke Aceh.
Kembali ke cerita di dalam buku. Setelah menenteng tas berisi uang tunai, JK menghubungi Kapten Didit Soerjadi, pilot Fokker-28 keluarganya. “Eh, kau siapkan pesawat secepatnya. Bisa berapa lama (pesawat siap)?” tanya JK.
Kapten Didit yang kaget menerima telepon sang Wapres, bergegas menyiapkan pesawat. Sofyan pun langsung berangkat ke Aceh dengan pesawat JK.
Malam hari di kediaman JK di Jakarta, JK memimpin rapat darurat yang dihadiri enam menteri kabinet dan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. “Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, malam ini kumpulkan semua obat yang ada di Jakarta untuk segera angkat ke sana (Aceh) dengan Hercules yang telah disiapkan Panglima TNI. Harus berangkat pukul lima pagi,” ujar JK di awal rapat.
Perintah JK itu tak langsung ditanggapi cepat. “Tapi ini kan sudah tengah malam, Pak. Semua gudang dan tempat penyimpanan barang sudah terkunci dan pemegang kuncinya tidak tahu tinggal di mana,” kata perwakilan Kementerian Kesehatan.
Braak! Meja digebrak JK. “Apa yang ada di pikiran Saudara ini? Rakyat Anda sedang menderita, masih saja bicara soal gembok. Sekarang kalau tidak bisa (buka gudang), tembak gudang itu pakai pistol. Tidak ada lagi aturan tata cara membuka gudang. Selamatkan (warga Aceh) yang masih hidup. Laksanakan!” perintah JK tegas.
JK lalu beralih ke Dirjen Kementerian Sosial untuk bertanya soal persediaan makanan. “Jangan berpikir bawa mi instan ke Banda Aceh karena terlampau mahal biaya angkutnya. Bawa uang tunai, kita beli saja di Medan,” ujar JK. Sang Dirjen menjawab, “Masalahnya Pak, kami tidak mudah mengeluarkan uang tunai karena ada proses dan mekanismenya.
Sekarang kalau tidak bisa (buka gudang), tembak gudang itu pakai pistol. Tidak ada lagi aturan tata cara membuka gudang. Selamatkan yang masih hidup (di Aceh. Laksanakan!"Jusuf Kalla, Wakil Presiden Indonesia |
Braak! Meja kembali digebrak JK. “Keluarkan uang tersebut malam ini dan bawa besok pagi ke Medan. Di sana Saudara beli mi dan langsung bawa ke Aceh. Saya adalah Wapres dan Anda pegawai negeri. Saudara jalankan perintah ini. Kalau ada masalah di kemudian hari, saya yang masuk penjara, bukan Anda. Kalau tetap menolak, Anda letakkan jabatan ini sekarang juga,” ujar JK.
Usai memarahi sang Dirjen, JK beralih ke Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin. “Menteri Hukum, apa yang Anda lakukan untuk Aceh? Apa ada kaitannya dengan bidang Anda?” Hamid menjawab, dia akan segera membuka pintu masuk penerimaan bantuan internasional untuk Aceh tanpa butuh visa.
JK mengernyitkan dahi. “Bagaimana itu keputusan bisa keluar? Kan sedari tadi Anda di sini?” tanya JK.
Hamid kemudian jujur mengakui, hal itu terjadi setelah JK menggebrak meja sebanyak dua kali, ditambah teguran sang Wapres pada Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan.
JK lantas memuji Hamid yang berpikir cepat, “Nah! Itu baru benar. Kalau seperti ini, harus cari akal atau inisiatif. Jangan pakai ukuran normal,” kata JK.
Pukul 22.30 WIB, JK membubarkan rapat. Masing-masing menteri pulang dengan membawa tugas rumah masing-masing, termasuk Menteri Keuangan Jusuf Anwar yang harus menyiapkan uang tunai Rp 10 miliar.
Sementara di Banda Aceh, gempa susulan masih datang berkali-kali. Menkominfo Sofyan Djalil yang telah tiba di Aceh, di tengah gempa susulan itu, terlelap sambil memeluk tas berisi uang ratusan juta yang dibekalkan JK kepadanya. Tak sedetik pun ia berani melepas tas itu. (Baca:
Saat Ini 10 Tahun yang Lalu di Aceh)
[Gambas:Video CNN]