Jakarta, CNN Indonesia -- Pilot senior Stephanus Geradus menduga faktor cuaca jadi penyebab hilangnya kontak pesawat AirAsia QZ8501. Di atas langit Tanjung Pandan selama ini memang diketahui banyak terdapat awan tebal. Apalagi pada Desember di mana musim hujan mulai tiba.
Mantan Presiden Asosiasi Pilot Garuda ini mengatakan, salah satu ciri khas langit di Tanjung Pandan selalu diselimuti awan tebal. Karena itu wajar jika sebelum hilang kontak, pilot pesawat QZ8501 sempat meminta izin untuk berubah arah ke kiri.
"Itu bisa dipastikan pilot menghindari awan aktif," kata Stephanus Gerardus Setitit, Ahad (28/12), kepada CNN Indonesia. Awan aktif adalah awan yang terbentuk pada fase kedua. Pada fase ini awan biasanya berbentuk keriting dan rentan jadi pemicu petir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi pada bulan Desember saat ini pertumbuhan awan di atas Tanjung Pandan cukup signifikan. Awan aktif menurut Stephanus ditakuti oleh para pilot. Karena itu sebisa mungkin awan ini selalu dihindari. Nekat masuk ke awan aktif membuat pesawat akan mengalami guncangan.
Karena itulah biasanya pesawat dilengkapi dengan teknologi yang bisa membaca jenis awan, termasuk Airbus A320 yang hilang kontak tadi pagi. "A320 itu termasuk teknologi terakhir," ujar Gerardus.
Mungkin saja menurutnya teknologi pembaca awan di pesawat tersebut mengalami gangguan sehingga pesawat menabrak awan aktif dan terganggu sistemnya saat benturan dengan awan terjadi.
Terkait rute M635 itu sendiri, menurut Gerardus dari namanya sendiri itu adalah rute internasional. Melalui rute ini pula penerbangan Singapura - Australia melintas.
Geradus melanjutkan, jika kondisi pesawat baik-baik saja, cuaca dengan awan tebal di atas Tanjung Pandan sebenarnya bukan masalah berarti. Namun menurutnya teknologi buatan manusia bisa saja mengalami kesalahan. Pesawat terbaru dengan teknologi mutakhir menurutnya bukan jaminan sebuah penerbangan tak mengalami kendala.