Pangkalan Bun, CNN Indonesia -- Gelombang laut terbukti menjadi kendala terbesar bagi proses evakuasi korban maupun serpihan dari pesawat AirAsia QZ8501. Berdasarkan pengamatan CNN Indonesia di Kapal SAR KN 224, Selasa (30/12), Basarnas Special Group (BSG) nampak kesulitan untuk melakukan penarikan tiga buah benda yang diduga serpihan pesawat dari perairan.
Selepas informasi penemuan serpihan pintu keluar darurat oleh KRI Bung Tomo,Kapten KN 224 Ahmad sempat mengeluarkan perintah saat kepada seluruh awaknya untuk bersiaga di sisi kanan dan kiri kapal. Tak lama dari posisi siaga itu, Komandan Operasi SAR KN 224 Charles Batlajery yang berada di kanan anjungan kapal berteriak melihat sebuah barang.
Kapten Ahmad lalu menghentikan laju kapal dan meminta anggota BSG menarik benda mirip balon berwarna biru tersebut. Namun derasnya gelombang membuat benda itu bergulir tak tentu arah sehingga urung dievakuasi.
Ketika penyisiran dilanjutkan, pada pukul 14.57 WIB, KN 224 kembali berhenti saat benda mirip balon berwarna merah lagi-lagi terlihat di sisi kanan kapal. Namun, usaha anggota BSG menarik benda itu dengan tongkat sepanjang dua meter sia-sia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapten Ahmad menuturkan, ombak tinggi dapat akan sangat membahayakan jika kapal dalam kondisi diam. "Sangat berbahaya, jadi kapal melaju saja," kata Ahmad.
Temuan terakhir terjadi pada pukul 16.30 WIB. Tim BSG melihat sebuah bongkahan kayu yang berbentuk seperti koper mengapung di sisi kiri kapal. Serupa dengan dua penemuan sebelumnya, barang ini juga gagal dievakuasi.
Pencarian evakuasi terhadap barang-barang yang terserak di perairan hingga saat ini terus dilakukan. KN 224 yang merupakan bagian dari operasi besar SAR terhadap hilangnya Pesawat AirAsia QZ8501 kini harus bersandar di Pelabuhan Teluk Kumai, sekitar 30 menit dari Posko Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.