Jakarta, CNN Indonesia -- Satu pesawat Orion milik Korea Selatan akan bergabung dengan tim pencari AirAsia QZ8501 di Selat Karimata Kamis esok (1/1). Pesawat yang dilengkapi teknologi inframerah itu bisa mendeteksi benda mencurigakan di dalam air.
Empat pilot pesawat Orion Rabu mendatangi Kantor Pusat Badan SAR Nasional, Jakarta, hari ini, Rabu (30/12). Mereka didampingi Mayor Penerbang Trinanda dari TNI Angkatan Udara.
Menurut Trinanda, jumlah personel dari Korea Selatan ada 25 orang. "Mereka akan berada di Indonesia dua pekan," ujarnya saat mendampingi pilot-pilot Korea tersebut di Kantor Basarnas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah berkoordinasi dengan Basarnas selaku pemegang komando operasi, pesawat Orion dengan 25 awak akan terbang ke perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, untuk bergabung dengan tim pencari.
Pesawat Orion dilengkapi teknologi inframerah. Dengan teknlogi itu, pesawat mampu mendeteksi anomali di dalam air. Orion akan menyisir zona pencarian yang kini sudah dipersempit menjadi empat sektor dari semula 13 sektor.
Untuk detail lokasi operasi, tim Korsel akan mendapat arahan dari Basarnas malam ini, bersama TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Koordinasi dilakukan terutama untuk mengatur zona penerbangan.
"Besok rencananya akan terbang pukul 09.00 WIB dari Bandara Halim," kata Trinanda.
Korea Selatan adalah salah satu negara yang warganya ada dalam daftar penumpang QZ8501. Total ada 162 orang di dalam pesawat nahas tersebut, termasuk pilot, kopilot dan lima awak pesawat.
Selain Korea Selatan, beberapa negara yang sudah memberikan bantuan pencarian adalah Singapura, Malaysia, Tiongkok, dan Amerika Serikat.