Jakarta, CNN Indonesia -- Jumat ini (9/1) adalah hari ke-13 pencarian dan evakuasi lanjutan korban AirAsia QZ8510. Hampir dua pekan hingga siang ini sebanyak 48 jenazah telah dievakuasi. Dari jumlah itu sebanyak 25 jenazah di antaranya berhasil diidentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri dan telah diterima oleh keluarga.
Lalu bagaimana dengan nasib penumpang lainnya dari pesawat nahas yang saat jatuh di dalamnya terdapat 162 orang itu?
Puluhan orang dari pihak keluarga korban saban hari dengan setia tetap menunggu setiap perkembangan informasi ihwal penemuan jenazah. Harap-harap cemas terlihat jelas dari raut wajah setiap keluarga korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penantian, kesedihan, dan juga rasa penasaran pihak keluarga tentang proses ante mortem sedikit terbayarkan saat pihak Polda Jatim membolehkan melihat situasi Crisis Center.
Posko PMI, Pemkot Surabaya, Pemprov Jawa Timur, ruangan pusat informasi keluarga, dan posko Tim DVI juga tersedia termasuk para psikiater yang siap bertugas mendampingi keluarga. Dalam aula cukup besar yang mampu menampung 200 kursi, segala informasi terbaru bisa didapatkan pihak keluarga dengan mudah.
"Kami mendata dari instansi mana saja, lalu mendata keluarga korban yang bisa datang jam 8 pagi. Kita buat sesantai mungkin," kata Koordinator Crisis Centre AirAsia Polda Jatim AKBP dr. Christina saat ditemui CNN Indonesia, Jumat (9/1).
Christina menjelaskan, informasi yang diperlukan oleh Tim DVI dilakukan di aula ini, mulai pengenalan keluarga melalui CCTV saat penumpang korban WZ8501 boarding, lalu pemeriksaan odontologi dari foto-foto yang diberikan keluarga hingga pengambilan data primer DNA.
Tak hanya itu, velbed dan ruang lesehan pun disediakan untuk pihak keluarga sekadar melepas lelah.
Di ante mortem ini, menurut Christina, hal yang paling sulit adalah jika jenazah telah berhasil diidentifikasi maka pendampingan menuju pos mortem sangat berat karena perlu menenangkan pihak keluarga untuk melihat jenazah.
"Saat mereka dianggap kuat (untuk melihat) kami bawa ke pos mortem," kata Christina.
DNA dan SidikProses pengenalan deoxyribonucleic acid atau lebih dikenal dengan singkatan DNA korban menjadi bagian yang paling bisa memastikan namun harus melalui proses yang panjang.
Kepala Laboratorium DNA Mabes Polri Putut Cahyowidodo menjelaskan, pengambilan sample di pos mortem kepada korban diambil dari irisan kecil tulang paha. Tulang pada bagian ini dianggap memiliki kondisi paling baik jika korban telah mengalami pembusukan lanjutan. Irisan tulang paha tersebut lalu dicampurkan ke cairan kimia dan diekstraksi melalui alat yang disebut quantifiler.
Data pos mortem DNA kemudian perlu disesuaikan dengan data DNA ante mortem yang bisa diambil dari pakaian korban, sikat gigi atau kelurga korban. Setelah pos morten dan ante mortem didapatkan, maka keduanya digabungkan lalu dikirim ke labortorium di Jakarta. Adapun tim identifikasi DNA di Surabaya tinggal menunggu hasilnya. Proses tersebut menjadi salah satu paling lama untuk memastikan identifikasi korban.
Untuk sidik jari, menjadi salah satu bagian indentifikasi primer yang prosesnya tidak terlalu sulit. Namun, kemudahan itu bisa jadi sulit karena kondisi korban yang rusak.
Jika kondisi jenazah khususnya pada bagian jari masih bagus maka pihak Inafis tinggal menempelkan alat tersebut. Namun jika rentan terlepas, pihak Inafis menggunakan cairan tertentu untuk melepaskan kulit sidik jari dan ditempel pada alat yang disebut mobile automated multistrip biometric identification system (MAMBIS).
Asuransi KorbanPihak Kepolisian Daerah Jawa Timur langsung melalui Kapoldanya Inspektur Jenderal Anas Yusuf mengatakan pihaknya siap mengawal keluarga untuk mendapatkan hak-haknya sesuai dengan perundangan yang berlaku.
"Polri akan mengawal, jangan sampai tidak tersalurkan," kata Anas di Mapolda Jatim.
Hari ini, pihak Polda akan memfasilitasi keluarga korban untuk membicarakan terkait pembayaran kompensasi kepada manajemen AirAsia untuk memastikan pembayaran dilakukan paling lambat tujuh hari setelah jenazah teridentifikasi.
"Kami akan sampaikan agar dalam tujuh hari kompensasi terealisasi, seperti yang disampaikan Pak Menteri (Yuddy Chrisnandi)," tutur Anas.
(obs/obs)