Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengatakan pihaknya menekankan pada metode permodelan dalam mencari kotak hitam (black box) AirAsia QZ8501. Unggul mengatakan pencari kotak hitam sebaiknya tidak hanya mengandalkan peralatan semata.
Permodelan yang dimaksud Unggul adalah penghitungan koordinat harus memperhatikan semua komponen, meliputi kekuatan arus permukaan laut, prediksi gerakan bangkai pesawat, serta kecepatan angin.
"Setelah dilakukan semua perhitungan itu, maka akan didapatkan sebuah koordinat untuk mencari kotak hitam. Kemudian, baru dikerahkan kapal ke sana. Nah, tugas penyelam atau ROV (Remotely Operated Vehicle) itu untuk memastikan benar tidaknya keberadaan kotak hitam itu," kata Unggul saat ditemui di Gedung BPPT, Thamrin, Jakarta, Minggu (11/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pencarian ping kotak hitam, BPPT mengerahkan tiga kapal yaitu, Baruna Jaya I, Java Imperia, dan Trisula dengan menggunakan alat sonar. "Ping yang dihasilkan dari kotak hitam berbeda dengan benda lain. Kalau dari benda lain, gelombangnya berupa pantulan," kata Unggul.
Sementara, kotak hitam mampu memancarkan gelombang yang kemudian ditangkap alat sonar. "Kotak hitam masih mampu memancarkan gelombang selama satu bulan," katanya lagi.
Tim BPPT berangkat ke lokasi operasi sejak Selasa (30/12) dari Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara. Mereka mengerahkan 17 orang awak buah kapal dan 15 personel teknis dan beroperasi di bawah komando Badan SAR Nasional.
(sip)