Jakarta, CNN Indonesia -- Kapal Baruna Jaya I milik Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dan dua kapal lain yakni MGS GeoSurvey dan Java Imperia berhasil mendeteksi dua sinyal ping tak jauh dari lokasi ditemukannya ekor pesawat AirAsia QZ8501. Kedua sinyal ini diduga kuat berasal dari dua kotak hitam di pesawat yang selama ini dicari.
"Ya itu diperkirakan karena ada dua ping, bisa juga cuma satu blackbox," ucap Unggul Priyanto, di kantor BPPT, Jakarta, Ahad (11/1).
Setiap pesawat terbang memang selalu dilengkapi oleh kotak hitam yang terdiri dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Keduanya berfungsi merekam seluruh percakapan pilot serta riwayat penerbangan sebuah pesawat.
Kedua sinyal tersebut tercatat bersumber di lokasi yang berdekatan, jaraknya hanya sekitar 20 meter. Meski harus dibuktikan secara kasat mata, Unggul meyakini bahwa sinyal ping ini berasal dari kotak hitam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau ping itu bendanya sendiri yang memancarkan gelombang lalu ditangkap oleh radar. Blackbox selama sekitar sebulan masih mampu memancarkan gelombang," tutur Unggul
Menurut Unggul, posisi kotak hitam bisa bergeser setiap saat. Guna memastikan benda tersebut adalah benar-benar kotak hitam, pihak BPPT telah berupaya mengirimkan remotely operated underwater vehicle (ROV) namun belum beroperasi lantaran penyelaman masih dilakukan oleh tim penyelam. Saat ini tim penyelam dari TNI AL dikabarkan memang tengah melakukan penyelaman di lokasi tempat diduga kotak hitam berada.
"Kepastiannya ya dengan penyelaman," ujarnya.
Unggul juga memperkirakan kotak hitam ada di bagian badan pesawat AirAsia, namun ia tak menutup kemungkinan bila kotak hitam berada di pecahan ekor pesawat mengingat bagian ekor yang berhasil diangkat Sabtu (10/1) dalam kondisi yang tidak utuh.
(sip)