Pengamat LIPI: Islah Golkar Memang Sudah Tidak Ketemu

Basuki Rahmat N | CNN Indonesia
Rabu, 11 Feb 2015 16:22 WIB
Ketidakhadiran kubu Ical pada sidang di Mahkamah Partai dianggap memang sudah sengaja karena pihak Ical merasa di atas angin.
Ketua Mahkamah Partai Golkar (MPG) Muladi (kedua kanan) bersama anggota (ki-ka) Djasri Marin, Andi Mattalatta, dan Has Natabaya memimpin jalannya Sidang Mahkamah Partai Golkar, di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Rabu, 11 Februari 2015. Sidang tersebut bertujuan untuk menyelesaikan konflik antara kepengurusan kubu Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar ilmu politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, memandang konflik internal dualisme kepengurusan Partai Golkar makin sulit untuk didamaikan menyusul tak hadirnya kubu Aburizal Bakrie dalam sidang di Mahkamah Partai Golkar.

Siti pesimistis upaya islah yang sudah diusahakan selama ini oleh kedua kubu bakal tidak terwujud sehingga satu-satunya jalan hanya melalui jalur hukum pengadilan untuk penyelesaiannya.

“Sudah memang tidak ketemu (kedua kubu) untuk menyelesaikan secara internal. Kalau sudah mentok di Mahkamah Partai, ya tinggal jalur hukum,” kata Siti saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (11/2), menanggapi tak hadirnya kubu Ical dalam sidang di mahkamah Partai Golkar siang ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI ini mencermati ketidakhadiran kubu Ical pada sidang di Mahkamah Partai memang sudah sengaja dibuat demikian karena pihak Ical merasa sudah di atas angin. Hal tersebut terkait putusan yang dikeluarkan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat beberapa waktu lalu yang menerima eksepsi DPP Golkar pimpinan Ical hasil Munas Golkar di Bali. “Munas yang di Bali mungkin dinilai lebih akurat,” ucap Siti.

Siti menuturkan bila nanti seandainya pengurus Golkar versi Munas Bali yang diakui sebagai yang sah secara hukum maka sebaiknya tetap mesti mengakomodir para politikus Golkar yang ada di kubu Agung. Siti menyayangkan konflik berkepanjangan di tubuh Golkar yang tidak bisa diselesaikan secara internal melalui jalur islah.

Padahal, Siti mengingatkan Golkar sebagai partai politik lama diisi oleh banyak politikus kawakan namun kenyataannya tak bisa menyelesaikan masalahnya secara sendiri. Ia menekankan bahwa kisruh di internal Golkar yang berujung pada mahkamah partai adalah yang pertama di Indonesia.

“Sayangnya tidak bisa diselesaikan di jalur mahkamah partai. Selama ini sebenarnya juga sudah diupayakan islah melalui pertemuan juru runding kedua kubu,” tutur peneliti bergelar profesor yang cukup lama aktif riset di The Habibie Center ini.

Mahkamah Partai Diragukan

Siti menyoroti tidak hadirnya salah satu kubu dalam hal ini pihak Ical di sidang Mahkamah Partai kemungkinan juga disebabkan karena adanya kekhawatiran tidak netralnya para anggota Mahkamah.

Meski sebelum sidang para anggota Mahkamah yang diketui oleh Muladi sudah menyatakan bakal netral namun menurut Siti tetap sulit dilakukan. “Mereka semua itu kan sebelumnya sudah berada di kubu masing-masing, dan dari lima orang di Mahkamah, tiga di antaranya condong berpihak ke Agung,” ujar Siti.

Menurut Siti, dengan tetap adanya kecenderungan keberpihakan di Mahkamah Partai maka sidang penyelesaian sengketa dualisme kepengurusan Golkar sulit dilakukan melalui Mahkamah.

Siti mencermati ketidaknetralan pada masing-masing kader Golkar yang duduk di Mahkamah Partai memang sulit untuk dihilangkan karena selama ini sudah terbagi-bagi dalam dua kubu yang berseteru.

Lebih dalam Siti mengemukakan buntunya upaya penyelesaian sengketa melalui jalur mahkamah partai sebenarnya banyak merugikan Partai Golkar itu sendiri. “Masing-masing ingin menjadi nomor satu tapi tak memahami kesolidan partai terlebih lagi untuk menghadapi pemilu serentak yang kemungkinan tahun ini digelar,” ujar Siti membeberkan. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER