Jakarta, CNN Indonesia -- Jembatan gantung yang menghubungkan Desa Tambak, Kecamatan Cimarga, dengan Desa Pajagan, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, ambruk pada 10 Maret lalu.
Sebanyak 200 siswa yang diperkirakan kerap menggunakan jembatan yang jauh dari layak tersebut terpaksa harus menempuh perjalanan lebih panjang.
Jembatan gantung memang merupakan salah satu infrastruktur utama yang dipakai warga kedua desa tersebut untuk berlalu lalang. Keberadaan jembatan gantung sangat berarti penduduk Desa Tambak mempersingkat jarak dan waktu tempuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jarak yang bisa mencapai enam kilometer menyusut menjadi hanya sekitar tiga kilometer jika melewati jembatan itu. Apalagi, sekolah di daerah itu memang hanya terletak di Desa Pajagan.
Mau tidak mau, para siswa yang ingin bersekolah harus menyeberangi sungai dengan jembatan gantung yang tidak layak.
Desa Tambak dan Desa Pajagan berjarak sekitar 1,5 jam dari Serang jika ditempuh dengan kendaraan roda empat. Lebar jalan menuju desa itu hanya cukup untuk dilewati satu mobil.
Selain infrastruktur yang belum memadai, koneksi internet di kedua desa juga belum optimal.
Kepala Desa Tambak periode 2005-2014, Suherman menjelaskan, ada jembatan lain yang lebih layak ketimbang jembatan gantung itu. Namun jarak tempuh yang jauh lebih dekat membuat warga rela mengambil risiko melintasi jembatan ini.
“Padahal tanda-tanda jembatan itu akan ambruk telah terlihat sejak lima tahun lalu,” kata Suherman saat diwawancarai CNN Indonesia, di Desa Pajagan, Kecamatan Sajira, Lebak, Banten, Senin (16/3).
Menurut Suherman, kawat jembatan bukan hanya sudah berkarat, tetapi sudah lapuk dimakan usia. Usia jembatan gantung ini memang sudah mencapai 24 tahun. Jembatan itu dibangun berdasarkan inisiatif masyarakat pada tahun 1991.
Sudah pernah diperbaiki dua kali, tetapi tidak dilakukan secara maksimal. “Dana yang diberikan pemerintah daerah di bawah Rp 15 juta,” kata Suherman.
Minimnya dana pemerintah daerah jadi alasan pemeliharaan jembatan gantung terbengkalai. "Ada empat jembatan gantung di Desa Tambak. Dua jembatan sudah dapat bantuan dana untuk rehabilitasi. Namun jembatan ini selalu tidak kebagian," kata Suherman sembari menunjuk jembatan gantung yang telah ambruk.
Kala hujan, warga yang mau menyeberang dituntut untuk lebih waspada karena tanah merah di sekeliling jembatan akan menjadi sangat licin ketika diinjak.
Padahal tanda-tanda jembatan itu akan ambruk telah terlihat sejak lima tahun lalu.Suherman, Kepala Desa Tambak periode 2005-2014 |
Usai melewati jembatan gantung yang kerap bergoyang-goyang, warga masih harus melewati jalan berbatu. Seperti jalan akses menuju SD 1 Pajagan yang merupakan jalan menanjak ditutupi bebatuan.
“Kami harapkan jembatan gantung diperbaiki betul, bukan hanya kawat dan fondasinya yang diganti, tetapi juga slingnya,” kata Suherman.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan bersama Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono sudah menyaksikan jembatan gantung yang rubuh. Harapan sedikitnya 200 siswa untuk bisa mencapai sekolah layaknya anak di wilayah lain, kini menggantung di pundak mereka .
(rdk)