Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Sekolah Dasar Negeri 03 Joglo, Jakarta Barat, Prayekti, tidak pernah menyangka Pemerintah Provinsi dan DPRD DKI Jakarta menganggarkan dana senilai Rp 2 miliar untuk merenovasi sekolahnya.
Prayekti hanya tahu kalau tiga ruang kelas yang biasa digunakan murid-muridnya terancam roboh dan selalu bocor kala hujan.
Kepada CNN Indonesia, Prayekti berkata, akar pohon beringin yang berada di sekolahnya mulai masuk ke sela atap kelas empat dan lima. Akibatnya, akar-akar itu membebani tiang-tiang kayu penyangga atap dan genteng.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat curah hujan meninggi awal tahun ini, air hujan menetes dari beberapa titik plafon. Lampu-lampu di tiga kelas itu pun mati.
Tukang bangunan yang Prayekti bayar untuk memperbaiki lampu dan plafon menyerah. "Dia bilang tidak berani naik ke atas. Dia takut atap akan roboh," ujarnya, Selasa (17/3).
Plafon di tiga kelas tersebut memang terlihat tidak lagi rata. Bagian tengahnya menonjol ke arah bawah seperti akan ambruk. Atap di lorong ruang-ruang kelas pun serupa. SDN 03 Joglo sampai harus menambah kayu penyangga untuk menopang atap.
 Suasana belajar-mengajar di SDN 03 Joglo Jakarta, Selasa (17/3). (CNN Indonesia/ Abraham Utama) |
"Saya tidak bisa membayangkan kalau atap-atap ini ambruk saat kegiatan belajar-mengajar," ucap Prayekti.
Februari lalu, Prayekti memutuskan untuk tidak lagi menggunakan tiga ruangan tadi. Sekitar 100 murid yang biasa menimba ilmu di ruangan itu pun terpaksa belajar di sekolah lain.
Prayekti meminjam tiga kelas milik SDN 10 Joglo yang berjarak dua kilometer dari SDN 03 Joglo. Para murid termasuk guru kelas empat dan lima harus beraktivitas di sana.
Perempuan yang baru tiga bulan memimpin SDN 03 Joglo itu bercerita, pada bulan lalu pegawai Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Barat dan seseorang yang disebutnya dengan istilah konsultan bangunan mendatangi sekolahnya. Menurut Prayekti, mereka datang untuk memetakan kondisi bangunan SDN 03 Joglo sebelum menjalankan program perawatan.
"Pemborong baru survei. Saya tanya, perawatan biasa atau berat. Pemborong bilang berat saja. Namun, kami belum tahu yang benar perawatan biasa atau berat," kata Prayekti. Konsultan itu lantas mematok biaya perawatan senilai Rp 1,9 miliar.
Konsultan itu lantas mematok biaya perawatan senilai Rp 1,9 miliarPrayekti, Kepala Sekolah Dasar Negeri 03 Joglo Jakarta Barat |
Tak hanya ke SDN 03 Joglo, pegawai Sudin Pendidikan Dasar Jakbar ternyata juga mendatangi SDN 01. Untuk membuktikan omongannya, Kepala SDN 01 Joglo, Mulia Nirmala, mengambil buku tamu dan mencari nama dua orang yang mensurvei sekolahnya pertengahan bulan lalu.
 SDN 03 Joglo Jakarta Barat terpaksa menambah kayu penyangga untuk menopang atap bangunan sekolah mereka. (CNN Indonesia/ Abraham Utama) |
Kepada Mulia, pemborong mengajukan biaya renovasi yang sama, yakni Rp 1,9 miliar. Padahal, menurut pantauan CNN Indonesia, tidak ada satupun ruangan dari 11 ruangan di sekolah itu yang terancam ambruk.
Prayekti dan Mulai memaparkan hal yang sama. Keduanya berkata, bertahun-tahun lalu sekolah mereka telah mengajukan permintaan renovasi bangunan kepada kepala seksi sarana dan prasarana Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Barat.
Namun, pengajuan itu selalu bertepuk sebelah tangan. Renovasi tak kunjung dilakukan. Mulia menuturkan, pada 2005 silam SDN 01 Joglo hampir saja dirombak.
Sayang, hasil survei Sudin Pendidikan Dasar menggagalkan rencana itu. Sekolah yang dibangun tahun 1958 itu dinyatakan tidak rawan banjir. Rencana membangun ulang sekolah itu menjadi bangunan empat lantai batal.
Mulia mengatakan, sekolah yang pernah dipimpinnya sebelum ini, SDN Meruya 12 Taman Aries, memiliki sarana dan prasarana yang jauh lebih baik. Tak hanya soal bangunan, fasilitas di SDN 01 Joglo memang minim: hanya tersedia dua toilet bagi 447 murid. "Kami ingin renovasi total," ujar Mulia.
Berada di pinggiran ibukota, kondisi SDN 01 dan SDN 03 Joglo memang kontras dengan sekolah-sekolah lain di Jakarta. Daya listrik yang mengalir ke kedua sekolah ini terkesan seadanya. Saat CNN Indonesia berbincang-bincang dengan Mulia, listrik tiba-tiba padam.
"Listriknya tidak kuat. Harus ada lampu dan komputer yang dimatikan," ujarnya. SDN 01 hanya memiliki dua unit komputer dan tiga laptop. Kondisi serupa terjadi di SDN 03.
Selain ruang kelas, murid-murid di sekolah ini hanya dapat menikmati fasilitas lapangan kecil berbahan dasar semen, satu perpustakaan, satu laboratorium ilmu pengetahuan alam dan musala. Kecuali lapangan, seluruhnya dibangun secara swadaya.
"Ini hasil sumbangan para orangtua murid yang memiliki pendapatan lebih," kata Prayekti.
Namun, berdasarkan dokumen evaluasi Kementerian Dalam Negeri atas RAPBD 2015, dana yang diajukan untuk kegiatan rehabilitasi total gedung SDN Joglo 01/02 dan 03/04 senilai Rp 29,9 miliar pada Suku Dinas Perumahan dan Gedung Pemda Jakarta Barat.
Sementara itu, terdapat pula duplikasi dengan Kegiatan Perawatan Berat Gedung SDN Joglo 03/04 mencapai Rp 2 miliar pada Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat. Pengajuan anggaran tersebut tentunya berbeda dengan nominal yang diajukan konsultan bangunan kepada dua kepala sekolah SDN 03 dan SDN 01 Joglo, yang hanya mencapai Rp 1 miliar untuk renovasi sekolah.
(utd)