Jakarta, CNN Indonesia -- Baru empat bulan Muhammad Rizki mengenyam pendidikan di Hodeidah University atau Universitas Al-Hudaidah. Namun, sejak kemarin, Minggu (5/4), dia terpaksa kembali menjejakkan kaki di tanah air. Roket bom yang hilir mudik di langit Al-Hudaidah sejak pekan terakhir Maret membuatnya pulang kembali ke Indonesia.
Pria asal Riau itu mengakui, situasi dan kondisi di Yaman sudah sangat tidak kondusif pun aman bagi warga Indonesia di sana. Terlebih lagi, ketika kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia dipindahkan. Rizki pun memutuskan untuk ikut evakuasi dan kembali ke Indonesia.
"Kami WNI merasa terancam di sana, keamanan kurang. Bahkan KBRI di sana pun sudah pindah, makanya kami disuruh pulang," kata Rizki saat ditemui di Common Lounge Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Ahad (5/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rizki menceritakan kondisi di tempat tinggalnya sangatlah mengerikan. Bahkan untuk keluar dari kamarnya saja dia pun mengaku takut, lantaran seringnya terjadi serangan mendadak.
Meski kondisi di tempat tinggalnya mencekam, Rizki menyebut tak menutup kemungkinan untuk kembali ke Yaman. Dia menegaskan dirinya pasti akan kembali jika memang kondisi Yaman sudah benar-benar aman. "Jika kondisi sudah aman saya Insha Allah akan kembali," ujarnya.
Tak berbeda dengan Rizki, warga lain yang dievakuasi yakni Ahmad Masyhur juga mengaku akan kembali ke Yaman jika kondisi di sana sudah kondusif. Dirinya mengatakan, kedatangannya Yaman nanti untuk melanjutkan sekolah.
Ahmad mengatakan, masih ada beberapa temannya di kampus Al-Hudaydah yang masih berkukuh untuk tidak mau dievakuasi ke Indonesia. Masyhur menyebut, beberapa temannya yang sudah memasuki semester akhir, lebih banyak memilih untuk tidak keluar dari Yaman.
Meski begitu, Ahmad tetap memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan berharap kondisi cepat aman dan dia bisa kembali lagi ke Yaman. "Saya akan kembali lagi jika sudah aman, agar bisa menyelesaikan sekolah," kata pria asal Lombok tersebut.
Ahmad mengaku sudah menetap di Yaman. Selama lima tahun tapi dia baru bersekolah selama satu tahun, sedangkan empat tahun sisanya dia habiskan untuk memperdalam kemampuan mengajinya.
Di tempat dia tinggal, Al-Hudaidah, Ahmad mengungkapkan kondisi distrik tidak lebih parah tempat lain seperti Sana'a. Dia menceritakan baku tembak dan rudal beterbangan hanya pada malam hari.
Sementara pagi dan siang hari, menurutnya, kondisi lebih kondusif. "Di Hudaidah penyerbuan malam hari saja, siang hari bisa dikatakan aman," kata Ahmad. "Paling ada beberapa demonstrasi dari sebagian orang yang mendukung penyerangan," ujarnya
Memang, para WNI yang saat ini sudah dievakuasi dan keluar dari Yaman tak mendapatkan jaminan apakah mereka bisa kembali ke sana atau tidak. Bahkan Menteri Luar Negeri Retno Lestari pun mengelak saat ditanya apakah Kemenlu juga memfasilitasi jika para WNI tersebut ingin kembali ke Yaman.
Retno hanya menegaskan tugas Kemenlu adalah membawa mereka pulang ke Indonesia dengan selamat. "Tugas negara adalah melindungi WNI, maka kita himbau agar mereka mau dievakuasi," ujar sang menteri.
"Kita tidak tahu bagaimana kondisi esok atau lusa karena situasi bisa berubah dengan drastis dari aman menjadi tidak aman," katanya.
Sementara itu kondisi Yaman hingga kini terus bergejolak sejak kelompok pemberontak Syiah Houthi menguasai ibu kota Sana'a dan mulai merangsek masuk mendekati Aden, markas terakhir Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi.
Lima negara Teluk, kecuali Oman, dan sejumlah negara lainnya bergabung dalam serangan udara yang dipimpin Saudi pekan lalu, setelah Hadi meminta intervensi militer di negarannya.
PBB menyatakan dukungannya kepada Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadisebagai pemimpin Yaman yang sah Yaman. Hadi sendiri kini melarikan diri dan dalam kondisi aman di Riyadh, Arab Saudi.
Pada Selasa (31/3), media Inggris, The Independent melaporkan bahwa hujan bom jet Saudi diduga telah menewaskan sedikitnya 40 orang di kamp pengungsi di Yaman.
Sejak kemarin, sudah lebih dari seratus warga Indonesia bersama Rizki dan Ahmad telah kembali ke Indonesia, setelah melalui perjalanan panjang menggunakan pesawat dari Muscat, Oman, menuju ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
(meg)