Bukan Hanya Mario yang Bernyali Gila Menyusup ke Roda Pesawat

Anggi Kusumadewi, Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Rabu, 08 Apr 2015 08:53 WIB
Otoritas Bandara Soetta geger kemarin petang. Lagi-lagi kasus penyusupan di roda pesawat terulang. Angkasa Pura langsung mengirim tim untuk menginvestigasi.
Pesawat Garuda Indonesia di lapangan Garuda Maintenance Facility, Cengkareng, Tangerang, Banten. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Bandara Soekarno-Hatta geger petang kemarin, Selasa (7/4). Seorang pria ditemukan menyusup ke roda pesawat Garuda Indonesia yang mengangkasa dari Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau. Ketika siuman dari pingsannya, dia mengatakan menyelundup demi bertemu Presiden Jokowi. (Baca: Aksi Gila Mario Menyusup ke Roda Pesawat demi Bertemu Jokowi)

Direktur Operasional dan Teknik PT Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo menyatakan kasus penumpang gelap di roda pesawat sesungguhnya bukan pertama kali terjadi di Indonesia. “Dulu pernah terjadi di Medan,” ujarnya kepada CNN Indonesia, Rabu (8/4).

Kasus yang dimaksud Djoko terjadi pada 23 September 1997. Saat itu pelakunya tak hanya satu orang, tapi dua. Manto Manurung dan Siswandi Nurdin Simatupang ditemukan menggigil di ruang roda pesawat –lagi-lagi Garuda– yang lepas landas dari Medan dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua jam lebih Manto dan Siswandi berada di langit tanpa pelindung, pantas saja tubuh mereka nyaris beku. Kedua remaja asal Deli Serdang itu ditemukan petugas yang melihat ada pakaian menyembul di ruang roda depan pesawat. Saat ruang roda dibuka, Manto dan Siswandi masih melipat tubuh. Kondisi mereka lemah dengan kaki luka-luka dan tangan lecet.

Tak seperti Mario Stevan Ambarita yang merencanakan aksinya genap 10 hari, Manto dan Siswandi ketika itu hanya semalam menyusun rencana. Dini hari pukul 03.00 WIB, mereka menyelinap ke Bandara Polonia lewat parit yang terletak tak jauh dari landasan pacu. Dari situ, mereka mengendap-endap ke ruang roda pesawat.

Tiga jam setelah bersembunyi di ruang roda, pesawat lepas landas. Manto dan Siswandi bertaruh nyawa. Ruang roda bukan tempat tamasya. Siswandi sempat sesak nafas karena kekurangan oksigen.

Lantas untuk apa Manto dan Siswandi nekat menyabung nyawa ke Jakarta? Tak ada alasan spesifik. Semacam kerasukan ide gila dari langit.

Jauh sebelum itu, 18 Februari 1981, nyali gila didapat Tarsono. Tubuhnya ditemukan di ruang roda pesawat Mandala oleh petugas apron. Luka-luka yang ia derita jauh lebih parah dari Mario, Manto, dan Siswandi. Kedua kaki Tarsono nyaris busuk, tubuhnya hitam legam dan berlumur oli. Belum lagi darah mengental di pakaiannya.

Pilot dan puluhan penumpang yang mengerumuninya terkejut bukan kepalang. Tarsono langsung dibawa ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Belakangan diketahui ia menumpang gelap menuju Jakarta dari Bandara Ahmad Yani, Semarang.

Simak selengkapya di FOKUS: Aksi Gila Penyusup Pesawat Garuda

Siapa Tarsono, bagaimana ia bisa menyelundup ke ruang roda pesawat, dan untuk apa dia ke Jakarta? Hingga kini pertanyaan-pertanyaan itu tak bisa sepenuhnya terjawab karena Tarsono hilang ingatan. Ia mengalami gangguan jiwa. Yang jelas, ia gelandangan dan pekerja serabutan. Hidupnya tak jelas.

Angkasa Pura selaku pengelola bandara tak ingin kisah-kisah itu terulang. Mereka langsung menggelar penyelidikan untuk mencari tahu kasus terakhir yang menimpa Mario, si penumpang gelap roda pesawat dari Pekanbaru.
(agk)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER