Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) dituntut segera menyelidiki pernyataan Akbar Faizal yang menyebut Luhut Binsar Pandjaitan telah menyedot data rekapitulasi KPU selama ajang Pemilihan Presiden 2014. Akbar dan Luhut kala itu diketahui tergabung tim sukses kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Menurut Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, KPU seharusnya tidak tinggal diam mendapati kabar tersebut. Pernyataan terbuka Akbar Faizal dinilai bukan sekadar asal cuap lantaran dia dianggap sebagai orang yang turut punya andil mengantar Jokowi ke Istana.
"Akbar ini orang yang berada di Ring 1 dalam tim sukses Jokowi. KPU seharusnya peka menanggapi tudingannya. Ini harus segera diungkap," ujar Ray saat ditemui di Gedung KPU, Jakarta, Senin (13/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Ketua Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow mengatakan publik pun patut mencari tahu pesan di balik tudingan Akbar tersebut. Meski, pernyataan Akbar mengungkap persoalan serius, motif Akbar di balik tudingannya perlu dipertanyakan.
"Entah mungkin karena dia tidak mendapat jatah di kursi kabinet atau entah apa, kami tidak tahu. Bagaimanapun pengakuan ini bagi sebagian orang tidak menjawab apa-apa," kata Jeirry.
Namun jika pernyataan Akbar itu benar, kata Jeirry, penyedotan data bisa jadi disalahgunakan untuk rekayasa hasil rekapitulasi pemungutan suara Pilpres 2014. Hal itu bisa berdampak pada kepercayaan publik yang menganggap KPU lemah dalam pengolahan dan pengamanan informasi.
"Jika kecurangan itu terjadi, ini bisa mendelegitimasi presiden. KPU wajib mengonfirmasi tudingan ini langsung ke Akbar Faizal dan tim sukses Jokowi," ujar Jeirry.
Kecurigaan penyedotan data KPU mulai ramai dibicarakan publik sejak beredarnya pesan singkat Akbar kepada Deputi Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho. Pesan singkat itu mengungkapkan adanya teknologi penyedot data informasi teknologi (IT) KPU di Pilpres 2014.
Dalam pesannya, Akbar menyebut teknologi penyedot data itu dimiliki Luhut, yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Bekas anggota Tim Transisi itu mengatakan teknologi milik Luhut itu sangat canggih, cukup hanya dengan memarkir mobil di depan KPU, maka data-data akan tersedot.
(utd)