LIPUTAN KHUSUS PERBUDAKAN

Kisah Bahtera Pencabut Nyawa Budak Indonesia

Sandy Indra Pratama | CNN Indonesia
Selasa, 21 Apr 2015 14:15 WIB
CNN Indonesia merangkum cerita pilu para anak buah kapal yang diperbudak di kapal penangkap ikan milik asing. Para budak ini jauh dari perhatian pemerintah.
Ilustrasi Perbudakan. (Thinkstock/Peerayot)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rich 01 adalah nama kapal milik Kwo Jeng Trading Co Ltd. Kapal itu merupakan satu dari 20 kapal yang dimiliki perusahaan penangkap ikan asal Taiwan. Bagi para anak buah kapal asal Indonesia, kapal Rich 01 adalah kapal pencabut nyawa. Sebab, dalam kurun waktu dua tahun, setidaknya ada dua nyawa melayang di sana.

Cerita ini adalah tentang Karsan. Lelaki berusia 24 tahun. Ia rekan Bambang, seorang awak kapal asal Tegal, Jawa Tengah, yang menceritakan pengalaman buruknya di menjadi budak di kapal itu. 

Kepada CNN Indonesia, Bambang mengungkapkan kembali cerita pahit itu. “Saat saya naik kapal, Karsan sudah ada. Ia menyambut saya dengan muka murung,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari itu Agustus 2010. Bambang sudah empat bulan bekerja di kapal penindas itu. Saat itu posisi mereka di perairan Atlantik dekat benua Afrika. Suatu kali Karsan datang. Ia mengeluh kepada kepada Bambang. Karsan adalah rekannya yang berhati baik. Ia juga lebih senior. Seingat Bambang, Karsan kangen berat  pulang ke kampung halaman. (Baca juga: Cerita Para Budak Indonesia di Atas Kapal Neraka)


Beberapa kali permintaannya untuk pulang tak pernah digubris sang Kapten -orang yang hampir satu tahun bekerja tapi tak pernah Bambang ketahui namanya.  “Kalau sakit parah atau berat baru dipulangkan,” kata Bambang. Namun, tambahnya, “itu hanya berlaku bagi ABK asal China yang bisa melobi kapten dengan bahasa yang mereka bisa mengerti.”

Sementara budak asal Indonesia? “Kerja terus”.

Sepekan sebelum kejadian tragis menimpa Karsan, kata Bambang, kapten kapal Rich 01 nyaris setiap hari memukuli rekannya itu. Karsan memang sulit konsentrasi. Ia stres bekerja menarik ikan tanpa jeda itu.  “Benar saja rupanya jeda waktu itu dimanfaatkan Karsan untuk terjun ke laut Atlantik, saking stresnya bekerja di bawah siksaan. Setelah dua jam dicari, jasad Kasan akhirnya ditemukan, tapi kesialan lain mendera Kasan yang sudah tak bernyawa,” kata Bambang. (Baca juga: Rayuan Permen Bagi Budak Indonesia di Kapal Neraka)

Pada suatu malam, saat waktu rehat selama dua jam tiba, Karsan menghilang. Bambang yang kala itu sangat lelah, sempat tak memperdulikan Karsan yang baik hati itu. Bersama tiga budak asal Indonesia lainnya, Bambang memilih tidur. Baru sekejap terpejam, perasaan Bambang tak enak. Ia tergerak untuk mencari Karsan. 

Benar saja. Rupanya, kata Bambang, jeda waktu rehat itu dimanfaatkan Karsan untuk terjun ke laut Atlantik. Ia bunuh diri. Setelah dua jam dicari, jasad Karsan akhirnya ditemukan. “Tapi kesialan lain mendera Karsan yang sudah tak bernyawa,” ujar Bambang.

Berbarengan ditemukannya jasad Karsan, ikan-ikan menyerbu pancingan. Peluit kapten berbunyi dengan bengis. Itu perintah bagi para budak agar kembali bekerja. “Akhirnya evakuasi jasad Kasan dari lautan baru bisa dilakukan hampir beberapa jam setelah panen tangkapan,” kata Bambang mengenang kisah pilu itu.
Bukti bahwa kapal yang memperbudak warga Indonesia juga teribat dalam operasi Illegal Fishing dan menjadi buronan negara-negara di dunia. (CNN Indonesia/Sandy Indra Pratama)


Jenazah Karsan akhirnya bisa diangkat ke kapal Rich 01 oleh para anak buah kapal. Itu pun setelah para ABK Indonesia sempat mengancam akan mogok bekerja. (Simak Infografis: Catatan Perjalanan Para Budak Kapal Neraka)

Kesialan lain menghadang. Di atas kapal, tak ada kantung mayat atau peti untuk menyimpan jasad Karsan. Bambang menduga kapal RICH 01 memang tak pernah dilengkapi dengan fasilitas darurat semacam itu. “Akhirnya jenazah Karsan disimpan di dalam ruang pendingin. Ia menyatu bersama ikan tangkapan,” katanya. 

Gilanya, Bambang melanjutkan, jenazah Karsan tak segera mendapat perlakuan sebagaimana mestinya. “Mayatnya dibiarkan di lemari pendingin bersama ikan selama hampir dua bulan,” ujar Bambang.

Para awak kapal asal Indonesia marah. Mereka kembali mogok. Para awak kapal asal Indonesia meminta agar kapten menelpon kapal pengepul ikan. Setidaknya Karsan bisa dibawa ke daratan. 

Tapi kapten mengelak bertanggungjawab. Para awak kapal malah dibenturkan dengan perusahaan penyalur mereka dari Indonesia, PT Kartigo, perusahaan yang belakangan diketahui hanya punya izin usaha perdagangan bukan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.

Kapal penjemput akhirnya datang. Tapi nasib mayat Karsan tidak diketahui lagi.  Bambang mengatakan sejak hari mayat Karsan dijemput itu, dia tak mendapat informasi lanjutan. Ia juga tak bisa mengecek ke alamat tinggal Karsan di Indonesia. “Apakah mayat Karsan benar-benar dibawa pulang, atau dibuang ke laut, saya tak tahu,” kata Bambang.

Beberapa bulan kemudian, setelah Bambang terpukul atas meninggalnya Karsan, kejadian serupa berulang di kapal Rich 01. Kali ini seorang ABK asal Tiongkok. “Saat bekerja ia jatuh tiba-tiba, kami berpikiran itu serangan jantung,” kata Bambang.

Salah satu kapal yang digunakan oleh ABK trinidad and tobago untuk berlayar (Dok Istimewa)
Nasib buruk rupanya tak mengenal bangsa. Jenazah ABK Tiongkok itu juga dibiarkan tergeletak lantaran, lagi-lagi kapal sedang panen tangkapan ikan. Mayat si Tiongkok itu dibiarkan satu malam di atas haluan kapan. “Ia lalu dimasukan ke freezer bersama ikan,” ujar Bambang. Hasil tangkapan ikan cukup bagus rupanya. Bilik pendingin itu penuh, sehingga tubuh mayat itu disimpan dalam keadaan membungkuk.

Sepetik cerita soal Karsan ini adalah potret anak buah kapal asal Indonesia diperbudak oleh pemilik kapal asing. Ia mirip nasib para awak kapal asing yang menjadi korban praktek perbudakan dan terungkap di Benjina, Kepulauan Maluku awal April lalu. (Lihat Fokus: Budak Indonesia di Kapal Asing) (sip/nez)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER