LIPUTAN KHUSUS HARI BURUH

Waria Paling Sulit Mendapatkan Pekerjaan

CNN Indonesia
Jumat, 01 Mei 2015 16:11 WIB
Gay, lesbian, biseksual, dan priawan masih lebih mudah mendapatkan pekerjaan karena penampilan mereka yang tidak semencolok waria.
Dede Oetomo (Dok. Purba Widnyana/Dok. Pribadi)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Buruh yang memiliki orientasi seksual LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) masih belum lepas dari perilaku diskriminasi di Indonesia. Permasalahan klasik masih menimpa mereka, di antaranya dikucilkan di lingkungan sosial, sulit mendapatkan pekerjaan dan kehilangan pekerjaan hanya karena orientasi seksual ataupun ekspresi gender yang mereka pilih.

Diantara kelompok LGBT, waria atau lelaki menjadi perempuan adalah pihak yang mengalami diskriminasi paling berat. Ekspresi gender dan orientasi seksual yang terlihat jelas membuat kehadiran mereka begitu menonjol dan menjadi pusat perhatian.

Dalam banyak kasus, waria paling kesulitan mendapatkan pekerjaan dibandingkan lesbian, gay, biseksual, maupun priawan (perempuan yang berperilaku seperti lelaki).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dunia hiburan, waria masih bisa mendapatkan pekerjaan. Hal itu disebabkan oleh adanya modernisasi. Namun, keterbukaan itu ternyata tidak ditemukan di tempat pekerjaan yang lain, seperti salon mal berkelas. Waria masih sulit mendapatkan pekerjaan di sana. Mereka kerap diminta berpakaian seperti laki-laki. Ketidakbebasan mereka berekspresi adalah satu bentuk diskriminasi.

Di lain sisi, gay dan lesbian masih lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Gay dan lesbian masih bisa menyembunyikan orientasi seksual mereka di lingkungan kerjanya demi menghindari
diskriminasi. Namun, keadaan mereka rata-rata akan jadi sulit kalau sudah diketahui homoseksual.

Namun, ketika waria yang mengalami diskriminasi ini melaporkan ke polisi, mereka malah mendapatkan diskriminasi dari polisi. Dede Oetomo, Aktivis Gay
Masalah diskriminasi kerap berhubungan dengan faktor kelas. Uniknya, di tempat di mana masyarakatnya berpendidikan dan berduit, orientasi seksual dan ekspresi gender LGBT tidak jarang menuai masalah.

Berbeda halnya dengan di perkampungan yang masih bisa menoleransi kehadiran mereka sebagai pekerja. Meski, tak jarang pula, malah menuai beragam masalah, seperti yang terjadi di Aceh.

Di antara semuanya, pilihan pekerjaan bagi waria dapat dikatakan sangat terbatas. Sementara, gay, lesbian, biseksual, dan priawan masih lebih mudah mendapatkan pekerjaan karena penampilan mereka yang tidak semencolok waria. 

Namun, ketika waria yang mengalami diskriminasi ini melaporkan ke polisi, mereka malah mendapatkan diskriminasi dari polisi. Kalau ada waria melapor, tak jarang respons yang mereka terima dari polisi adalah ditertawakan. Aparat penegak hukum dan pemerintah sering kali masih bertindak diskriminatif terhadap LGBT, khususnya transgender.

Bertubi diskriminasi yang dialami buruh waria membuat pentingnya kehadiran serikat buruh untuk memberikan penguatan bagi mereka. Namun, masalahnya, serikat buruh belum terlalu mengerti persoalan gender.

Saat ini, yang dapat dilakukan adalah, saling memberikan dukungan sosial dalam serikat buruh itu sendiri. Para buruh LGBT dapat saling mendukung di tempat kerja. Namun, diperlukan kebijakan dari pemerintah yang lebih nyata.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyarankan pemerintah segera memberikan jaminan perlindungan kepada LGBT dengan adanya undang-undang anti diskriminasi terhadap LGBT. UU ini harus secara khusus mengatur perlindungan terhadap LGBT. Bila tidak diatur secara khusus, maka artinya tidak ada usaha nyata dari pemerintah untuk melindungi buruh LGBT. (utd)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER