Memanas, Marzuki Sebut Pengkondisian Aklamasi SBY Berbahaya

Helmi Firdaus | CNN Indonesia
Senin, 04 Mei 2015 09:03 WIB
Marzuki Alie menyebut pengkondisian aklamasi itu disertai dengan ancaman seperti di PAW atau penarikan dukungan bagi calon yang hendak maju pilkada.
Ketua DPR periode 2009-2014 Marzuki Alie (kanan) berjalan keluar usai pelantikan anggota MPR-DPR-DPD periode 2014-2019 di Gedung Nusantara, Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (1/10). (ANTARA/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang kongres yang akan digelar pada 11-13 Mei mendatang, kondisi Partai Demokrat mulai memanas. Sudah mulai muncul gerakan-gerakan pengkondisian agar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih secara aklamasi.

Wakil Ketua Majelis Tinggi Demokrat yang disebut-sebut bakal maju sebagai calon ketua umum, Marzuki Alie melihat, langkah-langkah pra kongres itu menurutnya kurang baik bagi perkembangan demokrat. “Gerakan itu sifatnya menekan para kader di bawah yang memiliki suara. Itu kan berbahaya bagi demokrasi di partai demokrat,” ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (4/5).

Salah satu gerakan pra kongres yang membuat dirinya prihatin adalah paksaan bagi para kader untuk membubuhkan tanda tangan dukungan pada SBY. Dukungan itu dalam bentuk formulir, tetapi tanggalnya dikosongkan. Belum lagi adanya paksaan terhadap pemilik suara bahwa tiket dan penginapan sudah disiapkan. Belum lagi tekanan agar para pemilik suara itu berangkat bersama-sama dan selama kongres berlangsung akan dikawal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sudah ada itu penggalangan dukungan tanda tangan. Sudah beberapa kali. Ini kan membuat kami prihatin. Ini cara-cara Orde Baru. Partai Demokrat kan partai yang lahir di Era Reformasi, bukan Orde Baru, lanjutnya. (Baca juga: Jelang Kongres Demokrat, Bukan Waktunya Pakai Tanda Tangan)

Tekanan bagi para kader yang berbeda pandangan dan sikap, ungkap Marzuki, cukup besar. Mereka yang tidak sepakat, diancam akan dipecat sebagai kader, atau bagi anggota DPRD atau DPR akan dii ganti paruh waktu (PAW).

Sementara bagi mereka yang akan mencalonkan diri maju sebagai calon kepala daerah pada Pilkada serentak yang akan digelar pada 9 Desember 2015 mendatang, diancam dukungan dari partai akan dicabut.

Marzuki menilai, alangkah eloknya, jika pengkondisian itu tidak dilakukan dengan cara-cara yang menekan. Adalah hal yang wajar, jika ada gerakan pra kongres, namun, gerakan itu haruslah dilakukan dengan cerdas dan santun.

Dia mencontohkan dengan diskusi secara sehat dengan cara mengumpulkan para kader, terutama para pemilik suara, apa yang mesti dilakukan untuk membangun Partai Demokrat ke depan.

Diskusi itu harus lah dilakukan dengan akal sehat, semata untuk kepentingan Demokrat. Kesimpulan dari diskusi itu, akan menjadi hal yang dibawa dan diperjuangkan oleh masing-masing calon ketua umum pada kongres nanti.

“Pak SBY kan mengajarkan kami cara berpolitik yang cerdas dan santun. Saya kira, cara itu pula yang mestinya dilakukan dalam gerakan pra kongres ini. Bukan gerakan-gerakan yang sifatnya psy war,” katanya. (baca juga: Marzuki Alie: Saya Bukan Kader Demokrat Nakal)

Marzuki sendiri enggan menyebutkan apakah dirinya sudah melakukan hal tersebut, yakni mengumpulkan para kader, terutama para pemilik suara untuk berdiskusi secara sehat apa yang perlu untuk membangun Partai Demokrat ke depan.

Dia hanya menyebutkan bahwa dirinya terus melakukan komunikasi intensif dengan para kader Demokrat di bawah. “Komunikasi ini saya lakukan bukan karena kongres. Komunikasi ini sudah saya lakukan sejak dulu, saat menjadi sekjen. Kader itu kan harus terus dimotivasi, diberi masukan,” ungkapnya.

Soal dukungan yang sudah diterimanya, mantan Ketua DPR ini juga enggan menjawab. Menurutnya, kondisi di Partai Demokrat sendiri dinamis. Tidak menutup kemungkinan, yang mendukung sebelum kongres berubah menjadi tidak mendukung, atau sebaliknya. (Baca juga: Ruhut Sitompul: Yang Nantang SBY Mbok Ngaca Dulu

Hal serupa sebelumnya juga disampaikan salah satu calon ketua umum Gede Pasek Suardika. Pasek berharap, usulan untuk calon ketua umum bukan dengan cara usulan surat bermaterai, namun dukungan dari pemilik suara sebanyak 20 hingga 35 persen. (Baca juga: Kroni SBY Galang Surat Dukungan, Pasek Tetap Maju Calon Ketum)

"Kalau surat bermaterai lebih baik kongresnya di Cikeas saja," ujar Pasek. Pasalnya dengan tandatangan surat bermaterai ia memperkirakan 90 persen pemilik suara akan meminta SBY untuk kembali memimpin partai karena dukungan diberikan secara terbuka.

Berbeda jika dukungan yang diberikan pemilik suara dalam kongres dilakukan secara tertutup. "Jadi kalau pemilihannya ingin dibangun demokratis, buatkan secara tertutup. Kalau yang dipakai sistem materai itu dipaksakan aklamasi," katanya.

(hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER