Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua RT 07 RW 10 Kelurahan Tebet Timur, Jakarta Selatan, Kuntjoro, menyatakan lingkungan tempat tinggalnya selama ini tenang-tenang saja sampai terjadi pembunuhan terhadap Dedeuh Alfisyahrin alias Tata Chubby pada 11 April di salah satu kosan di wilayah itu.
“Dari tahun 1991 saya tinggal di sini, baru sekarang ada kejadian pembunuhan. Padahal biasanya aman-aman saja,” kata Kuntjoro di sela rekonstruksi pembunuhan Tata Chubby di kosan almarhumah yang beralamat di Jalan Tebet Utara 15C Nomor 28 RT 007/10, Tebet Timur, Jakarta Selatan, Rabu (6/5).
“Yang saya tahu rumah ini kosan, bukan tempat mesum,” ujar Kuntjoro. (Baca:
Pemprov DKI Tertibkan Kos di Tebet Pasca Tata Chubby Terbunuh)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan tidak tahu siapa saja yang menghuni kosan itu, hanya tahu kosan itu campur. “Ada mahasiswa, karyawan. Saya pribadi tak mengenal Tata,” kata Kuntjoro.
Untuk mengantisipasi kejadian semacam itu, Kuntjoro menyarankan dibuat aturan baru ke depannya, yakni tiap penghuni kosan harus menyertakan identitas diri dan lapor RT.
“Harus jelas apa pekerjaannya. Laporan ke RT minimal tiga bulan sekali,” ujar Kuntjoro.
Sementara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menggelar operasi penertiban besar-besaran terhadap rumah atau bangunan yang dibuat kosan di ibu kota, terutama di kawasan Jakarta Selatan, pasca pembunuhan Tata Chubby.
Tata Chubby ditemukan tewas di kamar kosannya tanpa busana dengan mulut tersumpal kaos kaki dan leher terlilit kabel. Empat hari kemudian pembunuhnya ditangkap polisi. Ia membunuh Tata karena tak terima diejek saat mereka sedang berhubungan badan. (Baca:
Kicauan Pembunuh Tata Chubby si Penggoda Wanita di Linimasa)
(agk)