Jakarta, CNN Indonesia -- Hati politikus Demokrat Ruhut Sitompul bungah. Ia dipuji langsung oleh Presiden Jokowi saat pembukaan Kongres IV Demokrat di Hotel Shangri-La, Surabaya, Jawa Timur, Selasa malam (12/5).
Ruhut disebut Jokowi berjasa membuat dia datang ke acara Demokrat itu sehingga dirasa layak diberi penghargaan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. (Baca:
Dipuji Jokowi, Ruhut Beber Cara Datangkan Presiden ke Kongres)
Ruhut, Rabu (13/5), mengatakan memang mengupayakan segala cara agar Jokowi bersedia menghadiri pembukaan Kongres Demokrat. Semua itu, ujar Ruhut, ia lakukan demi SBY sang nakhoda Demokrat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi Ruhut untuk SBY bukan hanya mendatangkan Jokowi. Jauh hari sebelum Kongres dimulai, ia pun mencibir beberapa kader Demokrat yang berniat menantang SBY di bursa pemilihan ketua umum. Meski menyebut maju menjadi calon ketua umum adalah hak kader, Ruhut berpendapat lebih baik para penantang itu berkaca lebih dulu.
Apabila sudah satu level dengan SBY, menurut Ruhut, barulah kader-kader itu layak untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum. “Siapa itu dulu Marzuki Alie dan Pasek? Mbok sebelum nantang SBY, mereka ngaca dulu. Jangan jadi kacang lupa sama kulit,” kata Ruhut. (Baca penjelasan
Marzuki Alie: Saya Bukan Kader Demokrat Nakal)
Dua hari sebelum Kongres Demokrat dibuka, Minggu (10/5), Ruhut pun kembali menyindir Pasek. Gara-garanya, Ruhut melihat baliho-baliho bergambar wajah Pasek bertebaran di jalan-jalan utama di Surabaya, termasuk Jalan Mayjend Sungkono yang merupakan lokasi Hotel Shangri-La selaku tempat Kongres Demokrat. (Baca
Pasek: Jika Saya Ketua Umum Demokrat, Jangan di-Anas-kan)
Ruhut memprotes baliho-baliho itu. Ia merasa Pasek terlalu memaksakan diri karena hampir seluruh kader Demokrat telah sepakat mengusung SBY kembali sebagai ketua umum. Saat itu Ruhut baru kembali dari acara deklarasi Jaringan Nusantara, yakni kelompok pendukung SBY.
“Pak Pasek lebih baik bersama-sama kali membesarkan partai daripada merebut kursi ketua umum,” kata Ruhut. Di lain kesempatan ia berkata, “Kader kampret yang tidak mengakui jasa SBY.”
Pasek sendiri tak hadir dalam Kongres Demokrat walau berada di Surabaya. Semalam, alih-alih mengikuti pembukaan Kongres, dia menghadiri acara Himpunan Mahasiswa Indonesia di Kota Pahlawan itu. Pasek beralasan, tak ada gunanya hadir di kongres partai yang tak demokratis.
Sebelumnya saat Forum Komunikasi dan Pendiri Deklarator Partai Demokrat mewacanakan munculnya calon ketua umum di luar SBY, Ruhut pun tak sepakat. “Asal tahu saja, suara kader Demokrat dari Sabang sampai Merauke ingin SBY kembali jadi ketua umum,” klaim sang anggota DPR.
Pengalaman SBY sebagai Presiden RI selama dua periode, ujar Ruhut, praktis tak dapat ditandingi oleh kader SBY manapun. (Baca:
Motif SBY Mau Turun ‘Level’ dari Presiden ke Ketua Umum)
Meski demikian, sesungguhnya ada alasan lain kenapa Demokrat berkeras kembali memilih SBY sebagai ketua umum, yakni karena khawatir partai bakal diobok-obok oleh pihak luar jika mereka tak punya sosok kuat sebagai nakhoda.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Demokrat Ulil Abshar Abdalla menyatakan ada upaya intervensi melalui oknum-oknum internal Demokrat. Pola itu pula, kata Ulil, yang menimpa Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan.
Oleh sebab itu figur SBY amat penting untuk menangkal intervensi dari luar, sebab Presiden RI keenam itu dianggap sebagai tokoh yang dapat menjaga keutuhan partai. “Kalau tak ada tokoh kuat, akan banyak juga ancaman internal,” kata Ulil.
SBY pun mulus menduduki kembali kursi Demokrat 1. Hingga pendaftaran bakal calon ketua umum ditutup Selasa siang kemarin, tak ada kader lain yang mencalonkan diri selain dia. Kader-kader yang semula berniat maju meramaikan bursa calon ketua umum, tak muncul di meja pendaftaran. Demokrat tetap ‘milik’ SBY.
(agk)