Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) Valentino Simanjuntak menilai sebaiknya Tim Transisi menunjukkan kerja atau aksi lebih dahulu dari pada membuat komentar atau pernyataan yang masih perlu pembuktiannya.
“Ya saya sih menilai lebih baik tunjukkan dulu apa kerja mereka (Tim Transisi) dari pada membuat pernyataan yang hanya akan jadi bola panas saja,” katanya saat berbincang dengan CNN Indonesia, Jumat (5/6).
Pernyataan Valentino yang dikenal dengan teriakan “Jebreett…” saat menjadi pembawa cara sepak bola ini menanggapi pernyataan Ketua Tim Transisi Bibit Samad Riyanto. Bibit menyatakan tengah menindaklanjuti temuan awal Tim Sembilan terkait dugaan praktik korupsi di tubuh PSSI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bibit mengatakan, timnya masih mendalami sejumlah informasi, data, dan dokumen yang telah diperoleh terkait dugaan praktik korupsi yang menggerogoti organisasi otoritas sepakbola tanah air itu. "Informasi awal sudah ada, tetapi kami tidak bisa banyak bicara dulu. Kami masih mendalami temuan awal terkait korupsi dan mafia itu," kata Bibit kepada CNN Indonesia, kemarin.
Bibit menjelaskan, Tim Transisi masih butuh waktu untuk mempejalari sejumlah informasi dan berkas yang saat ini sudah mereka kantongi. Jika ditemukan bukti awal yang cukup, Tim tidak akan segan untuk menyerahkan kepada aparat yang berwenang, termasuk kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (Baca juga:
Tim Transisi Dalami Bukti Praktik Korupsi PSSI)
Valentino menyebut, ada baiknya Tim Transisi belajar dari FIFA. Dalam kasus korupsi yang terjadi di FIFA, FBI dan aparat hukum Swiss melakukan penangkapan besar-besaran terhadap petinggi FIFA setelah mendapatkankan bukti-bukti yang cukup. Usai penangkapan itu, baru kemudian berbagai pernyataan terkait bagaimana korupsi FIFA terjadi.
“Lebih baik begitu. Kumpulin dulu bukti, kalau cukup, lakukan penangkapan. Setelah itu baru bikin pernyataan. Jangan buat-buat pernyataan tetapi kemudian tidak ada tindak lanjutnya. Entah kemana,” tutur Valentino. (Baca juga:
Dugaan Penyimpangan Hak Siar Liga oleh PSSI Disorot)
Sebagai ketua asosiasi pemain, Valentino mengaku mendukung apa yang dilakukan oleh Tim Transisi untuk membongkar praktik korupsi di PSSI atau pun mafia sepak bola. Hanya saja, Valentino menggariskan cara yang dilakukan oleh Tim Transisi untuk hak itu harus sesuai dengan hukum.
Jangan sampai, pencarian bukti-bukti melanggar hukum. “Ini kan ada praperadilan. Jangan sampai nanti sudah ada bukti mau diajukan di pengadilan, kalah lagi di praperadilan. Intinya, kami ingin Tim Transisi kerja, baru bikin pernyataan,” tuturnya.
Valentino menilai, akibat kisruh sepak bola Indonesia antara Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan PSSI, banyak yang bilang korbannya adalah para pemain. Sayangnya, itu tidak tampak dalam tindakan yang dilakukan oleh semua pihak yang berwenang.
Tetap saja pemain menjadi objek. Kepentingan pemain yang paling dipertimbangkan belakangan. Jika kepentingan pemain didahulukan, siapa pun yang berwenang untuk menengahi konflik, pasti akan menghasillkan produk yang memberikan kesempatan kepada pemain untuk tetap bisa bermain dan menghidupi diri dan keluarganya.
“Makanya, Tim Transisi hasilkan produk dulu lah. Jangan pernyataan saja. Jadi saya juga bisa meng
encourage pemain untuk menyiapkan diri dan meningkatkan kemampuannya,” ujar Valentino.
(hel)