Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri R iset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta kepada panitia penyelenggara Seleksi Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SMBPTN) 2015 untuk menindak tegas para joki yang ketahuan terlibat dalam praktik kecurangan.
"Saya sudah minta pada panitia SMBPTN harus dikontrol betul jangan sampai terjadi perjokian. Kalau sampai ditemukan kami akan berikan sanksi sesuai hukum," kata Nasir saat ditemui usai peninjauan pelaksanaan SMBPTN 2015 di Universitas Indonesia, Selasa (9/6).
Nasir juga mengatakan jika ada mahasiswa yang terbukti menjadi joki, mereka akan langsung dikenai sanksi akademik. Begitu juga jika terbukti ada pegawai kampus atau pegawai internal yang terlibat perjokian, pihaknya akan menindak keras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan sampai bermain pada kecurangan. Barangkali ada pegawai internal yang membantu dengan cara yang tidak sesuai aturan, bisa dilaporkan ke panitia atau kemenristekdikti. Akan kami beri tindakan keras," kata dia menegaskan.
Mantan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang itu juga mengimbau masyarakat agar melaporkan tindakan perjokian jika mengetahuinya. "Jangan menolerir orang yang melakukan perjokian. Ini akan merusak mental dan sistem pendidikan," ujar Nasir.
"Mudah-mudahan nanti di dalam seleksi ini perjokian jangan sampai terjadi. Saya sangat malu kalau terjadi soal bocor atau ternyata dibocorkan soalnya oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Nasir melanjutkan.
Jaminan Panitia SMBPTN Ketua Umum SMBPTN Rochmat Wahab mengatakan pihaknya menjamin tidak akan terjadi kebocoran soal dalam pelaksanaan SMBPTN 2015. Ia mengaku pihaknya telah melakukan berbagai cara untuk mencegah adanya praktik curang tersebut.
"Kami begitu hati-hati menjaga rahasia negara ini tanpa ada peluang sedikitpun untuk kebocoran," ucap Rochmat di kawasan Senayan, Jakarta, Ahad (7/6).
Rektor Universitas Negeri Yogyakarja itu yakin kalau sudah ada pengawasan ketat untuk soal ujian SMBPTN sejak pembuatan soal sampai ke percetakan.
"Pengawasannya ketat. Sejak nulis saja tidak ada yang boleh menyimpan soal di laptop. Semua pakai sistem komputer. Tanggung jawab itu dikendalikan Rektor," ujar Rochmat.
"Percetakan yang diberi tugas, semua pegawainya tidak boleh pulang sejak hari pertama pencetakan. Mereka keluarpun juga dikawal polisi tapi dengan pakaian biasa. Jadi kalau macam-macam, kemungkinan tidak bisa," kata Rochmat.
Jika tahun ini masih saja terjadi kecurangan, pihak penyelenggara un tak segan untuk menindak tegas para pelaku. "Ini sudah kami sepakati akan diberi tindakan langsung. Kalau perlu kami tangkap seperti pelaku) ijazah palsu dan yang lainnya," ujar Rochmat menegaskan.
(utd)