Merayakan Ultah Jokowi, Mengenang Wafat Soekarno

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 21 Jun 2015 20:46 WIB
Jokowi lahir 21 Juni 1961 dan Soekarno meninggal di tanggal yang sama tahun 1970. Sebuah pertanda adanya ikatan takdir?
Pengunjung melintas di depan patung lilin presiden pertama Republik Indonesia Soekarno di Madame Tussauds Hong Kong, Sabtu (14/2). (ANTARA/R. Rekotomo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tepat pada hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merayakan ulang tahunnya yang ke-54 dengan meresmikan akun Twitter resminya @jokowi. Namun, patut diingat pula, 45 tahun yang lalu, 21 Juni 1970, 'Bung Karno', sang proklamator Republik Indonesia menghembuskan napas terakhirnya.

Hari lahir Jokowi 'dirayakan' dengan kicauan perdananya di dunia maya. Kicauan itu lantas diramaikan lagi oleh sekitar 7.700 orang yang melakukan kicau ulang (retweet). Hingga Minggu (21/6) sore, sekitar 2,9 juta orang telah menjadi pengikut akun @jokowi tersebut.

Istana sendiri masih belum memberikan keterangan resmi apakah ulang tahun pertama Jokowi sebagai Presiden ke-7 Indonesia itu akan dirayakan. Jokowi juga tidak menyebutkan di akun Twitternya apakah dia akan merayakan ulang tahunnya atau tidak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedang dari lini masa Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi di @kaesangp, tidak ada satu kicauan pun yang menyinggung soal ulang tahun ke-54 bapaknya. Di akun Twitter Ibu Negara Iriana Joko Widodo di @IrianaJokowi juga demikian. Sang istri juga tidak mengucapkan selamat ulang tahun buat suaminya, atau rencana perayaan ulang tahun suaminya.

Iriana hanya mengucapkan amin dan terima kasih atas ucapan ulang tahun kepada Jokowi dan sekaligus salam kepada dirinya yang di sampaikan oleh A Usman dalam akunnya @affanusman.

Perayaan ulang tahun Jokowi digelar oleh Seknas Jokowi-Seknas Perempuan dengan menggelar bagi takjil dan diakhiri dengan potong tumpeng di silang Monas dengan Patung Kuda yang akan dilakukan tepat pas azan magrib. Boleh dibilang, ulang tahun pertama Jokowi sebagai presiden dirayakan dengan cukup sepi.

Mundur pada 45 tahun lalu, di tanggal yang sama, sang proklamator meninggal dunia. Sayangnya, kematian Soekarno dinilai penuh dengan kontroversi. Dari penanganan yang buruk karena Soekarno telah dijadikan tahanan negara pada masa Orde Baru, hingga wasiat yang tidak terpenuhi.

Masa-masa akhir hayatnya menggambarkan ironi. Jauh dari kicau semarak atau pengagungan dunia maya oleh rakyatnya.

Dalam biografi Soekarno dengan judul 'Bung Karno, Penjambung Lidah Rakjat Indonesia' yang ditulis oleh wartawan Amerika Serikat, Cindy Adams, disebutkan bahwa Soekarno sempat memperoleh operasi pengangkatan batu ginjal pada 1961.

“Di tahun '61 aku sakit keras. Di Wina para ahli mengeluarkan batu dari gindjalku. Waktu itu adalah saat memuntjaknja perdjoangan kami merebut kembali Irian Barat dan dalam kalangan lawan-lawan kami timbul kegembiraan,” ujar Soekarno.

“Tidak guna lagi mengutuk Soekarno dan meminta-minta supaja dia mati, karena Soekarno sekarang sedang menudju kematiannja. Karena itu para dokter melakukan perawatan jang lebih teliti terhadap diriku.”

Pada saat itu Soekarno masih memegang tongkat Kepresidenan. Ia menyatakan, pihak medis membujuknya untuk melakukan operasi. Para pakar medis tersebut menyatakan akan memberikan perawat yang berpengalaman.

Ia menyatakan tidak berkata apa-apa, karena tidak mau menentang dokter. Akhirnya ia melakukan pembedahan dan menyatakan ingin membuat pihak medis senang selama menjalankan pembedahan itu. Dalam pengakuannya tersebut, Sukarno masih menampakkan sisi humornya.

“Akan tetapi sementara itu aku berpikir dalam hatiku sendiri. Aku akan lebih tjepat sembuh dengan gadis-gadis perawat jang tidak berpengalaman, karena jang sudah punja pengalaman 40 tahun tentu setidak-tidaknja sekarang sudah berumur 55!” candanya.

Sayangnya, masa-masa kritis Soekarno bermula setelah ia dilengserkan dari kursi Presiden pada Maret 1967 oleh pihak militer, dan diganti oleh Jenderal Soeharto melalui klaim Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Sejak itu, Sukarno menjadi tahanan rumah di Istana Bogor, dan kemudian dipindahkan ke Wisma Yaso, yang saat ini berubah menjadi Museum Satria Mandala di Jakarta.

Sejarawan Indonesia, Asvi Warman Adam dalam bukunya berjudul 'Bung Karno Dibunuh Tiga Kali' terbitan Kompas menyatakan Soekarno tidak mendapat proses perawatan dan pengobatan yang layak. Selain itu, terdapat hal yang tidak wajar dalam pengobatan ginjal sang proklamator.

Asvi menulis, menurut penuturan sejarawan Prancis Jacques Leclerc, resep obat dari dr. Mahar Mardjono yang harusnya diberikan untuk penyakit ginjal Soekarno ternyata tidak ditebus dan justru tersimpan rapi, disembunyikan di dalam laci meja.

Yang lebih miris, keinginan Soekarno dalam akhir hayatnya juga dinilai tidak terpenuhi. Dalam penuturannya kepada Cindy Adams, sang proklamator sempat menyatakan keinginan wujud tempat persemayamannya.

“Aku mendambakan bernaung di bawah pohon yang rindang, dikelilingi oleh alam yang indah, di samping sebuah sungai dengan udara segar dan pemandangan bagus. Aku ingin beristirahat di antara bukit yang berombak-ombak dan di tengah ketenangan. Benar-benar keindahan dari tanah airku yang tercinta dan kesederhanaan darimana aku berasal,” ucap Soekarno. (hel)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER