Jakarta, CNN Indonesia --
Calon Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan tidak akan langsung berhenti menggunakan dan mengganti alat utama sistem senjata (alutsista) TNI yang sudah tua. Menurutnya hal itu dilakukan karena Indonesia bukan negara kaya yang bisa dengan mudah membeli alutsista dan juga pesawat dalam kondisi baru dengan mudah.
"Yang lama yang masih bisa digunakan harus tetap dipelihara dan diberdayakan," ujar Gatot di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/7). (Baca juga:
KSAU Instruksikan Penghentian Terbang Seluruh Hercules C-130)
Hal ini disampaikannya menanggapi berulangkalinya pesawat TNI jatuh di beberapa waktu terakhir. Senin (30/6) lalu, pesawat Hercules C-130 jatuh di Medan. Gatot mengatakan, pesawat serupa masih digunakan di Singapura dan Bangladesh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, ia mengatakan saat ini ada 12 pesawat TNI dengan tahun produksi 1964 juga 12 pesawat dengan tahun produksi 1975 keatas dan masih beroperasional.
"Kalau itu diberhentikan sekaligus, mau pakai apa nanti?" tutur Gatot. (Baca juga:
8 Prajurit Tragedi Hercules Asal Malang Dimakamkan Malam Ini)
Gatot yang saat ini masih menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat mengatakan, kunci utamanya adalah kelayakan terbang dari pesawat TNI. Merujuk pada tragedi Hercules C-130 lalu, ia meyakini secara teknis pesawat itu dinilai layak terbang.
Kendati demikian, kelak setelah resmi menjadi Panglima TNI, Gatot berkomitmen untuk memperhatikan kelayakan terbang dari pesawat yang akan digunakan oleh prajurit TNI. Sehingga, apabila sudah diperintahkan boleh terbang berarti secara teknis pesawat layak untuk terbang.
Tak hanya itu, Gatot mengatakan dalam rapat dengar pendapat umum dan uji kelayakan yang dilakukannya beberapa saat lalu menghasilkan kesepakatan bersama Komisi I DPR RI untuk melakukan pengadaan pesawat TNI dalam kondisi yang baru. (Baca juga:
Calon Panglima TNI Sebut Indonesia akan Jadi Target Ancaman)
"Pengadaan selanjutnya harus baru. Kecuali yang sudah terlanjur," ucapnya.
Oleh karena itu, Gatot mengatakan sistem hibah alutsista akan mulai dikomunikasikan, mengingat biaya hibah sama bahkan kadang lebih mahal daripada membeli alutsista dalam kondisi baru. "Pesawat udara beda dengan yang di darat, kalau mogok tinggal perbaiki. Pesawat ya hancur," kata Gatot. (Baca juga:
Jenderal Gatot: Pertanyaan Komisi I Tidak Terduga)
(pit)