Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Ratna Hapsari berpendapat penguatan pemahaman sejarah kepada para siswa tidak didukung dengan kurikulum. Pasalnya, waktu yang diberikan untuk mata pelajaran sejarah masih minim.
"Pada kurikulum 2006, guru sejarah hanya punya waktu tatap muka 1x45 menit di kelas IPA. Padahal, materi yang harus kami bahas mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai zaman reformasi," kata Ratna saat ditemui di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Selatan, Jumat (10/7).
Sementara, dalam kurikulum 2013, Ratna menilai waktu untuk mata pelajaran sejarah lebih banyak. Khusus untuk materi sejarah wajib, waktunya menjadi 2x45 menit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu ada materi peminatan khusus untuk IPS atau mereka yang berminat sebanyak 4x45 menit," katanya. Sayangnya, kata Ratna, kurikulum 2013 kini pun tidak lagi diterapkan secara berkelanjutan.
Padahal, kata Ratna, pendidikan sejarah sangat berpengaruh untuk membentuk karakter bangsa. "Dengan literasi sejarah yang menampilkan tokoh-tokoh bangsa, antusiasme generasi muda dapat dibangkitkan," katanya.
Sementara itu, Sejarawan Praxis Hilmar Farid menilai perlu ada kreativitas untuk mengajarkan sejarah. Hal itu diperlukan agar timbul kesadaran sejarah dalam diri siswa, bukan hanya sebatas pengetahuan sejarah.
"Kalau pengetahuan itu datang dan pergi secara cepat. Sementara, kesadaran sejarah menetap dan jadi basis untuk berpikir," kata Praxis.