Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pariwisata, Kemenpar, akan memperkuat Tim
Crisis Center untuk membantu wisatawan yang terkena dampak bencana erupsi Gunung Raung di Jawa Timur mengeluarkan abu vulkanik setelah penerbangan mereka dibatalkan.
“Kami akan dirikan pusat-pusat krisis di daerah, terutama yang terkait langsung dengan penundaan sejumlah keberangkatan pesawat yang berakibat pada wisman dan wisnus. Kami himbau seluruh dinas pariwisata di daerah agar juga siap siaga atasi krisis,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam rilis yang diterima CNN Indonesia, Sabtu (18/7).
Erupsi gunung yang berlokasi di tiga kabupaten yakni Banyuwangi, Bondowoso, Jember itu sudah mempengaruhi penerbangan di Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang Mataram, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Juanda Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief Yahya menilai masalah paling krusial adalah penanganan terhadap penumpang pesawat yang penerbangannya terganggu, tertunda atau penghentian sementara akibat erupsi, seperti menyiapkan akomodasi, ketika mereka harus menunggu dalam ketidakpastian.
“Dinas-dinas pariwisata di masing-masing daerah harus tanggap akan masalah ini (transportasi dan akomodasi),” tegas Arief.
“Mari peduli untuk atasi krisis! Letusan Gunung Raung dan Gamalama itu, khususnya dalam suasana liburan sekolah (peak season) dan arus mudik Lebaran. Dampaknya, sejumlah penerbangan tertunda, baik di domestik maupun Internasional, baik Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara International Lombok Nusa Tenggara Barat, maupun Bandara Juanda Surabaya,” tutur Arief.
Bali, Lombok, dan Surabaya telah menjadi daerah tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.
Sejak terjadi letusan Gunung Raung akhir Juni lalu hingga saat ini, dampaknya terhadap pariwisata Indonesia khususnya di Bali cukup signifikan.
Kondisi ini sekarang diperparah dengan letusan yang terjadi di Gunung Gamalama, Ternate Maluku Utara mulai 16 Juli kemarin.
Untuk menghadapi dampak letusan yang terjadi di kedua gunung tersebut, Kementerian Pariwisata berencana membuat posko “Crisis Center” bagi penumpang pesawat bekerjasama dengan lembaga terkait seperti pengelola bandara, maskapai penerbangan hingga industri pariwisata akomodasi seperti hotel.
“Bisa jadi bagi penumpang pesawat dari luar negeri akan tertahan lama dan membutuhkan penginapan untuk menunggu, maka posko “Crisis Center” ini bisa menyalurkan mereka menginap di hotel-hotel dekat bandara untuk menunggu pesawatnya bisa terbang lagi,” jelas Arief.
Posko “Crisis Center" ini dapat mengusahakan potongan tarif menginap yang cukup membantu para penumpang pesawat itu agar tidak terlunta-lunta di bandara, kata Arif. Kementerian Pariwisata juga akan membuat rencana pengalihan bagi penumpang pesawat via darat dan laut.
“Ini berlaku bagi penumpang pesawat domestik yang akan kembali ke kota-kota terdekat. Karena moda transportasi darat (kereta api) dan laut (kapal laut) tak terganggu. Dengan demikian para penumpang pesawat domestik tersebut mendapat alternatif moda transportasi lain ketimbang terlunta-lunta menunggu di bandara sementara bandara ditutup karena abu vulkanik yang membahayakan keselamatan penerbangan,” jelas Arief.
(hel)