Jakarta, CNN Indonesia -- Puncak Monumen Nasional menjadi magnet utama penarik wisatawan yang berkunjung ke salah satu ikon Indonesia dan Jakarta itu. Rasa penasaran terhadap isi dari pelataran puncak tersebut menjadi sebab ramainya wisatawan Monas yang mengantre untuk berkunjung ke sana tiap musim liburan tiba.
Keinginan untuk menaiki puncak Monas mungkin tidak lagi dimiliki penduduk ibu kota. Namun, hal berbeda justru dirasakan oleh warga yang selama ini tidak hidup di Jakarta.
Saat berkunjung ke Monas pada Minggu (19/7) pagi ini, CNN Indonesia melihat ribuan pengunjung telah memadati kawasan pelataran puncak untuk menuju titik tertinggi Monas. Mereka rela mengantre selama berjam-jam demi melihat Jakarta dari puncak monumen yang diresmikan pada 12 Juli 1975 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antrean selama berjam-jam untuk menuju puncak Monas juga dirasakan Yanto (40), warga asal Kampung Rambutan, Jakarta Selatan, bersama keluarga besarnya. Pria yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta itu mengaku membawa 10 anggota keluarganya ke Monas pada liburan hari raya Idul Fitri kali ini.
 Pengunjung juga banyak yang berfoto di depan Monas. (CNN Indonesia/Lalu Rahadian) |
Yanto mengatakan bahwa dirinya sebenarnya merasa malas datang ke Monas pada hari ini. Namun, kedatangan beberapa saudaranya dari Bandung lah yang membuat dirinya rela mengantre sejak pukul 08.30 WIB untuk menaiki puncak Monas hari ini.
"Ada dua saudara datang dari Bandung, dia belum pernah ke sini (Monas). Padahal mah malas juga ngantre. Tapi ya tidak apa-apa lah, sekalian nganter mereka dan satu anak ada yang belum pernah ke Monas," ujar Yanto kepada CNN Indonesia.
Dengan membawa empat sepeda motor, Yanto berkata telah tiba di Monas sejak pukul 08.00 WIB pagi bersama keluarganya. Sesampainya di Monas, mereka langsung menuju pelataran untuk mengantre dengan ratusan pengunjung lain yang ingin menaiki puncak monumen tersebut.
Yanto mengaku sudah pernah ke Monas sebelumnya. Kunjungannya kali ini ke Monas dikatakan murni karena adanya permintaan dari saudaranya yang telah 12 tahun tidak ke Jakarta.
Walaupun sudah pernah berkunjung ke Monas, namun Yanto mengakui bahwa dirinya belum pernah sekali pun naik ke puncak Monas selama ini. Oleh karena itu, dirinya pun memilih untuk menuruti keinginan saudaranya yang hendak ke Monas pada libur Lebaran tahun ini.
"Ya saudara saya sudah terakhir 2002 ke Jakarta, ini baru sekarang lagi ke Jakarta. Saya juga belum pernah sih ke puncak. Anak yang kecil umur lima tahun juga belum pernah ke sini, jadi sekalian aja. Males juga sih, tapi menariknya kan pasti ada sesuatu apa di atas sana, itu kan yang menarik," kata Yanto.
Yanto dan keluarganya beruntung karena masih mendapatkan tiket untuk mengantri menuju puncak Monas pada hari ini. Karena berdasarkan pantauan CNN Indonesia, penjualan tiket menuju puncak Monas telah ditutup sejak pukul 10.00 WIB.
"Penjualan tiket sudah ditutup buat pengunjung yang baru datang. Jadi yang bisa naik ke puncak hanya yang sudah mengantre dari tadi," ujar seorang petugas keamanan di Monas.
Tiket menuju puncak Monas dijual dengan harga Rp4 ribu untuk anak-anak, dan Rp15 ribu untuk satu orang dewasa. Untuk menuju puncak, wisatawan harus menaiki sebuah lift yang berkapasitas 11 orang sekali angkut.
Puncak Monas dihiasi oleh cawan yang menopang nyala lampu perunggu seberat 14,5 ton. Perunggu tersebut juga dilapisi emas seberat 35 Kilogram.
(lalu/utw)