Jakarta, CNN Indonesia -- Proses hukum terkait insiden Tolikara, Papua, pada 17 Juli lalu hingga kini masih terus berlanjut. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, ada tiga hal yang diminta Presiden Joko Widodo untuk ditekankan untuk menuntaskan insiden Tolikara.
"Pertama dialog antar agama, kedua perbaikan infrastruktur yang rusak, dan ketiga adalah penegakan hukum oleh Polri," kata Tedjo di Jakarta, Rabu (29/7).
Menurut Tedjo, warga Tolikara memastikan akan menuntaskan persoalan tersebut dengan cara mereka sendiri. Warga Tolikara tidak berharap ada campur tangan pihak lain terutama yang membuat suasana di wilayah itu justru menjadi tidak kondusif.
"Mereka mengatakan biarkan mereka menyelesaikan masalah dengan caranya, jangan ada orang luar yang membuat semakin panas," kata Tedjo saat ditemui
Tedjo yang baru saja aru aaja mengunjungi Tolikara beberapa hari lalu ini menyampaikan bahwa situasi di wilayah tersebut sudah sangat kondusif. Untuk hasil investigasi terbaru, Tedjo menolak menjelaskan secara rinci.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan sebelumnya, terjadi serangan terhadap jemaah yang hendak melaksanakan salat Idul Fitri, Jumat (17/7). Penyerangan membuat jemaah salat Ied bubar. Penyerang lantas membakar beberapa bangunan hingga api merembet membakar musala.
Dalam upaya pengamanan, petugas menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. Puluhan saksi telah diperiksa terkait kebakaran dan penembakan.
Suasana di Tolikara saat ini telah kondusif. Rabu (22/7), Pendeta Nayus Wenda (sebelumnya disebut Yunus) dari Gereja Injili di Indonesia dan Ustaz Haji Ali Mukhtar mewakili muslim saling bersalaman dan berpelukan di lapangan Koramil yang menjadi lokasi salat Ied saat kerusuhan pecah. Pendeta Nayus meminta maaf karena telah menyakiti hati muslim. Dia dan Ustaz Ali berdoa agar kerusuhan tak terjadi lagi di Tolikara.
Sementara itu dua orang tersangka pemicu kerusuhan sudah ditangkap. Mereka adalah Arianto Kogoya (26) dan Jundi Wanimbo (31). Arianto adalah pegawai Bank Papua di Tolikara, sedangkan Jundi ialah pegawai negeri sipil Bagian Keuangan Pemerintah Daerah. Keduanya, menurut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, merupakan jemaat GIDI.
(rdk)