Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan telah melakukan persiapan terkait penanganan darurat kekeringan.
"BNPB siapkan Rp 75 miliar rupiah untuk mengatasi kekeringan di 102 kabupaten," kata Sutopo seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (2/8).
Sutopo menjelaskan dana tersebut sebagian besar digunakan untuk membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam melakukan penanganan darurat kekeringan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penanganan darurat yang dimaksud yaitu distribusi air bersih dengan tangki air, perbaikan pipa, dan pembangunan bak-bak penampungan air.
“Sementara untuk penanganan jangka panjang memerlukan upaya yang menyeluruh berupa perbaikan kualitas lingkungan dan pembangunan infrastruktur keairan," kata Sutopo.
Ia menjelaskan kekeringan selalu berulang setiap tahun. Pasalnya, ketersediaan air yang ada memang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan air penduduk.
"Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah defisit air sejak lama. Saat musim kemarau di wilayah tersebut terjadi defisit air sekitar 20 miliar meter kubik," katanya.
Bahkan, kata Sutopo, berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2003 saja, di Jawa ada 92 kabupaten/kota yang memiliki defisit air selama satu hingga delapan bulan, di mana terdapat 38 kabupaten/kota yang mengalami defisit air lebih dari enam bulan dalam setahun.
Saat ini, BNPB mencatat kekeringan telah melanda 16 provinsi meliputi 102 kabupaten/kota dan 721 kecamatan di Indonesia hingga akhir Juli 2015. Lahan pertanian seluas 111 ribu hektare juga mengalami kekeringan. Kekeringan tahun ini diperkirakan akan meluas ke kabupaten/kota lain di Indonesia.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pada bulan Juli hingga November 2015 kondisi iklim di wilayah Indonesia terutama yang berada di bagian selatan katulistiwa dipengaruhi el Nino berlevel sedang.
"Pada November 2015, el Nino akan berpeluang menguat. Kondisi ini akan memberikan efek berupa tingkat intensitas dan frekuensi curah hujan yang semakin berkurang. Bahkan, awal musim penghujan 2015/2016 di beberapa wilayah berpotensi akan mengalami kemunduran," katanya.
Sementara 16 provinsi yang mengalami kekeringan yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Bali.
"Kekeringan paling banyak terjadi di Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat,” kata Sutopo.
(gen)