Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, mengimbau umat Muslim untuk tidak mudah menyebut kafir atau takfirisme kepada pihak lain. Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menilai takfirisme bisa mendorong ke arah disintegrasi umat Muslim.
"Hal ini menjadi perhatian dari Muhammadiyah bahwa dalam kehidupan umat Muslim di Indonesia ada kecenderungan mengkafirkan pihak lain. Tentu ini tidak positif dan membawa terjadinya konflik internal yang tajam," kata Din, yang juga Presiden Moderator Asian Conference of Religions for Peace (ACRP), kepada CNN Indonesia, Sabtu (8/8).
(Lihat Juga: FOKUS Kabar dari Dua Muktamar)Din mengatakan Muhammadiyah, berdasarkan pemahaman tentang Islam, mencoba meluruskan kecenderungan takfirisme. Din mengatakan di Indonesia sudah muncul gejala-gejala takfirisme seperti misalnya sikap ingin eksklusif dan merasa lebih benar dari kelompok Muslim lainnya, yang memiliki pandangan berbeda. Selain itu, juga sudah tampak gejala penghinaan dan kekerasan potensial dan berbahaya.
(Lihat Juga: Jusuf Kalla Tutup Muktamar Muhammadiyah)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pandangan Muhammadiyah, sebagai ormas yang moderat, adalah mereka yang mengucapkan dua syahadat dan meyakini nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, maka sesuai akidah Islamiyah sangat jelas termasuk Islam," ujar Din menegaskan.
Oleh karena itu, dalam Muktamar Muhammadiyah yang ke-47 dihasilkan sebuah rekomendasi agar umat Muslim tidak mudah mengkafirkan kelompok lain yang memiliki pandangan berbeda dengan mereka.
(Lihat Juga: Din Syamsuddin Minta Muhammadiyah Tetap Moderat)
"Sebagai organisasi tengahan dan moderat kami ingin membela Islam dalam mengembangkan budaya toleransi dan tenggang rasa sesama," kata Din.
Selain itu, dia juga mengatakan adanya keinginan lembaga yang kini dipimpin oleh Haedar Nashir tersebut untuk mendorong dikembangkannya budaya dialog atas masalah. Dalam putusan Muktamar, katanya, juga mencantumkan isu tentang perlunya dialog antara kelompok Sunni dan Syiah di Indonesia.
(Baca Juga: Haedar Nashir, Penulis dan Dosen yang Jadi Ketum Muhammadiyah)"Telah terjadi kesalahpahaman antara keduanya, yang ingin Muhammadiyah dorong untuk kembali selaras serta bertemu untuk saling menjelaskan apa yang terjadi selama ini," kata Din.
Untuk lengkapnya, bunyi putusan Muktamar tersebut adalah sebagai berikut," di kalangan umat Islam terdapat kelompok yang suka menghakimi, menanamkan kebencian dan melakukan tindakan kekerasan terhadap kelompok lain dengan tuduhan sesat, kafir, liberal dan tuduhan lainnya. Hal itu bertentangan dengan watak Islam yang menekankan kasih sayang, kesantunan, tawasuth dan toleransi. "
(utd)