Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso mengungkapkan bahwa ada beberapa tempat yang menjadi sasaran perihal penimbunan sapi di Indonesia. Namun hingga kini baru satu tempat yang akhirnya digerebek oleh penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus.
Dalam penggerebekan di lokasi yang terletak di Kabupaten Tangerang, Budi mengatakan ada sekitar 500 sapi yang seharusnya dipotong sebelum hari raya Idul Fitri 1437 H tapi hingga kini masih hidup.
Namun fakta di lapangan mengatakan bahwa sebenarnya ada sekitar 3000 sapi yang terdapat di dua tempat yang digerebek oleh penyidik Bareskrim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Sub Direktorat Industri Perdagangan Dittipideksus Komisaris Besar Helmy Santika mengatakan bahwa pengecekan di lokasi pertama, Jl. Kampung Kelor, dilakukan sejak pukul 15.00 WIB.
"Di lokasi penggemukan
feedloater sapi milik PT Brahman Perkasa Sentosa ditemukan sekitar 3.164 ekor sapi, dan 500 di antaranya sudah memenuhi syarat untuk dipotong tapi hingga kini tidak dipotong," kata Helmy saat dikonfirmasi, Rabu malam (12/8).
Dari hasil pengecekan awal, Helmy mengatakan bahwa PT Brahman Perkasa Sentosa dimiliki oleh tiga orang. Inisial ketiganya adalah BH, PH, dan SH, khusus untuk SH dia juga menjadi pemilik utama dari PT Tanjung Unggul Mandiri.
Sebelumnya Budi Waseso mengungkapkan bahwa sapi-sapi yang ditemukan oleh penyidik merupakan sapi yang diimpor dari Australia.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengungkapkan bahwa lokasi penggerebekan terletak di belakang Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
"Lokasinya Jl. Kampung Kelor No. 33, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang dan Jalan Suryadharma, Selapajang," kata Anton saat ditemui di Jakarta, Rabu malam (12/8).
Lokasi tersebut, kata Anton merupakan alamat dari perusahaan bernama PT Brahman Perkasa Sentosa.
Menurut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, ada beberapa pelaku usaha yang melakukan aksi bandel hingga berakibat pada matinya produksi lokal di Indonesia.
Pelaku usaha tersebut, katanya, melakukan impor saat Indonesia sedang musim panen.
Menurut data yang sudah dikumpulkan Polri hingga saat ini, ada sekitar tujuh perusahaan yang melakukan aksi bandel tersebut. Tujuh perusahaan tersebut mengincar komoditas perusahaan dalam negeri.
(den)