Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai pertemuan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dan wakilnya, Fadli Zon, dengan kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump berdampak buruk.
Dihubungi CNN Indonesia, Minggu (9/6), Hikmahanto menjelaskan bagaimana Trump kesulitan untuk memperoleh suara dari kaum minoritas, termasuk umat Islam di Amerika. Dengan demikian, Trump memanfaatkan para pimpinan DPR untuk menunjukkan hubungan baik dengan Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim.
"Mereka (Trump) memanfaatkan Pak Setya karena mereka berasal dari negara yang mayoritas penduduknya Islam. Dan juga Ketua Dewan kalau di Amerika Serikat posisinya nomor tiga setelah presiden dan wakil presiden," kata Hikmahanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh lagi, Hikmahanto mengatakan, jawaban Setya yang mengatakan masyarakat Indonesia menyukai Trump membawa dampak lebih besar dalam peristiwa ini. Belum lagi, tidak semua media di Amerika Serikat paham posisi Setya di Indonesia.
"Mereka akan menganggap bagus juga hubungannya dengan negara yang mayoritas Islam," kata dia.
Trump memang diketahui bermasalah dengan warga minoritas di negeri Paman Sam. Selain menentang imigran, Hikmahanto menyebut Trump juga menentang pembangunan mesjid di area ground zero, tempat di mana Gedung World Trade Center berdiri sebelum diserang pada 2001 lalu.
Walau demikian, Hikmahanto menilai dampak pertemuan ini tidak akan terlalu signifikan untuk peta politik di Amerika Serikat. "Indonesia tidak sepenting, katakanlah, Rusia."
Yang menjadi masalah, sebenarnya adalah dampak pertemuan ini ke peta politik internal di Indonesia. Hikmahanto menyebut masyarakat akan merasa "tercederai" karena pemimpinnya dimanfaatkan oleh Trump.
Pertemuan ini juga belakangan mendapat respons negatif dari Imam Shamsi Ali. Pria yang lama memimpin mesjid terbesar di New York itu menyebut pertemuan itu tidak etis.
“Saya sayangkan Ketua DPR bertemu dengan Donald Trump, apalagi dalam acara kampanyenya. Pertama sangat tidak etis karena posisinya sebagai ketua DPR. Ketua DPR mewakili negara. Dan negara tidak etis mendukung,” kata Shamsi lewat akun Facebook-nya.
Menanggapi pernyataan itu, Fadli mengancam akan melayangkan Somasi terhadap Shamsi. Dia menyebut, pertemuannya itu tidak dalam rangka kampanye melainkan konferensi pers yang sah-sah saja diikuti.
Walau demikian, Hikmahanto justru menilai posisi Setya dan Fadli yang berada di antara para pendukung Trump dalam konferensi pers itu menunjukkan dukungan. "Seharusnya mereka di samping. Kalau di sana kesannya menunjukkan dukungan," kata dia.
(stu)