Jakarta, CNN Indonesia -- Penawanan dua warga Indonesia oleh sekelompok orang yang mengaku berasal dari Organisasi Papua Merdeka pada akhir pekan lalu, dinilai tidak dapat begitu saja dipercaya. Koordinator National Papua Solidarity, Zely Ariane, menyebut banyak kelompok yang menggunakan nama OPM dalam melakukan aksi kekerasan di bumi Cendrawasih.
"Pertama
sih, kalau dari kebiasaan melihat OPM melakukan sesuatu, yang pertama harus selalu dilihat adalah OPM siapa. Karena gampang banget melabeli kelompok itu sebagai OPM," kata Zely kepada CNN Indonesia, Senin (14/9).
Inisiator Gerakan #PapuaItuKita tersebut menilai, besar kemungkinan penyanderaan dilakukan oleh OTK alias Organisasi Tanpa Kejelasan. Dia menyebut, kecil kemungkinan jika penawanan dua penebangan kayu di Skofro, Distrik Keerom, itu diprakarsai oleh OPM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zely menilai, permintaan pertukaran dua warga Indonesia dengan tersangka kasus ganja dan narkotik yang saat ini ditahan di Polres Keerom, terlalu remeh jika dilakukan oleh OPM.
"OPM tidak pernah melakukan ini sebagai strategi. Enggak mungkin seremeh itu. Apalagi untuk membela tersangka kasus ganja," katanya.
Dia mengatakan, seharusnya aparat tidak mudah melabeli kelompok-kelompok pelaku kekerasan sebagai anggota OPM. Terlebih lagi, pandangan tentara akan OPM yang dianggap sebagai musuh yang seram.
"Yang pegang senjata itu enggak cuma OPM dan tentara. Ada juga gerakan-gerakan tambahan. Tapi ya karena enggak pernah ada pengusutan yang jelas, jadinya orang terlalu mudah untuk menyebut OPM," ujar Zely.
Tuntutan pembebasan narapidana kasus ganja dan narkotik itu juga, dikatakan Zely, juga menjadi alasan yang tidak mungkin dilakukan oleh OPM. Alasannya, bagi orang Papua yang menyatakan aliansi kemerdekaan, aksi penyanderaan bakal menjadi pemicu rusaknya usaha OPM selama ini.
"Untuk orang Papua yang aliansi kemerdekaan. Itu tolol kalau dilakukan. Itu sama saja merusak usaha diplomasi yang sedang dilakukan di luar negeri," kata Zely.
(meg)